Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Welcome To Kualanamu Internasional Airport

Jika berkunjung ke kota medan jangan lupa singgah ke Berastagi, Prapat, Istana Maimun, Mesjid Raya.

Welcome To Kualanamu Internasional Airport

Jika berkunjung ke kota medan jangan lupa singgah ke Berastagi, Prapat, Istana Maimun, Mesjid Raya.

Welcome To Kualanamu Internasional Airport

Jika berkunjung ke kota medan jangan lupa singgah ke Berastagi, Prapat, Istana Maimun, Mesjid Raya.

Welcome To Kualanamu Internasional Airport

Jika berkunjung ke kota medan jangan lupa singgah ke Berastagi, Prapat, Istana Maimun, Mesjid Raya.

Welcome To Kualanamu Internasional Airport

Jika berkunjung ke kota medan jangan lupa singgah ke Berastagi, Prapat, Istana Maimun, Mesjid Raya.

Monday, April 28, 2014

Dasar-dasar teori ekonomi mikro

A. Pengertian dan filosafi dasar ekonomi mikro

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana orang dan masyarakat menentukan pilihan mnegenaipenggunaan sumberdaya yang langka dan mempunyai kemungkinan penggunaan alternatif untuk menghasilkan berbagai barang dan jasa serta mendistribusikannya hanya utnuk konsumsi berbagai-bagai orang dan kelompok orang yang terdapat dalam masyarakat, baik kini maupun masa akan datang dan dengan menggunakan uang ataupun tidak.



Sedangkan yang dimaksud dengan Ekonomi Mikro adaalah : ilmu ekonomi yang mencoba melihat kegiatan ekonomi dari satuian-satuan yang kecil, melihat kegiatan mikro biotik dengan mikroskop. Bidang telaah ilmu ekonomi adalah prilaku ekonomi,yaitu yang timbul sebagai tanggapanterhadap dorongan kebranian manusia untuk memenuhi kebuthan hidupnya, khussnya kebuthan yang bersifat kebendaan.



Kebutuhan kebendaan yang menjadi sasaran penelaahan prilaku ekonomi terdiri dari kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan kebendaan yang angat esensial bagi kelengkapan hidup manusia, dan kebutuhan bahan pokok, yaitu kebutuhan kebendaan yang mendukung kesjahteraan hidup manusia. Kebuthan pokok berakar pada kebutuhan manusia sebagai makhluk biologis, dan kebutuhan bahan pokok beraakar pada kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, jadi berasal dari dalam diri manusia sendiri, bersifat manusiawi, sedang alat pemuas kebutuhan tersebut berasal dari sumbernya yang pada dasarnya disediakan oleh alam, bersifat alami.

B. Pilihan dan Kelngkaan

Di Dalam pembicaraan tentang ilmu ekonomi kata-kata pilihan dan kelangkaan sering sekali terdengar. Kedua kata tersebut eratsekali hubungannya dan merupakan konsep yang sangat esensial dalma ilmu ekonomi. Kelangkaan adalah konsep yang berhubungan dngan harga, bukan jumlah. Air di lautan Pasifik, uadara di atas kepulauan Indonesia, pasir di Gurun sahara, dan sebagainya. Julahnya sangat banyak sekali, sehingga alupun terbatas tidak bisa disebut langka. Di lain pihak, air bersih untuk minum, udara kota yangbersih, pasir untuk banguan dan lain-lain, jumlahnya tetap banyak, tetapi dapat disebut sebagai barang langka. Jadi kelangkaan bukan merupakan sifat barang tetapi pencerminan keadaan, suatu hubungan timbal balik antara kebutuhan ketersediaan sumber daya.



Seseutau barang disebut langka bila memperolehnya dibutuhkan sebuah pengorbanan. Sejumlah barang lain. Untuk memperoleh sebuah mobil, misalnya seseorang harus membeli (pengorbaanan berupa uang) atau menukarnya dengan sejulah barang lain. Sebaliknya sesuatu barang disebut barang bebas apabila untuk menikmatinya tidak diperlukan pengorbanan yang berupa hilangnya kenikmatan yang dapat diperoleh darai barang lain. Semakin langka suatu barang, maka semakin banyak barang lain yang harus dikorbankan untuk memperoleh barang langka trsebut.

Dengan demikian jelaslah bahwa hampir semua barang di dunia ini adalah barang langka, apalagi sumber daya. Untuk memeperoleh barang-barang tersebut diperlukan pengorbanan yang juga berupa barang langka. Dari keadaan inilah timbul konsep Pilihan, yaotu kemungkinan untuk memilih berbagai alternatif yang tersedia. Kemungkinan untuk memilih mengandung dua keadaan. Keadaan yang satu disebut kesempatan dan berupa sekelompok barang dan jasa tersedia dan dapat dipilih, sedangkan keadaan kedua disebut preferensi dan berupa skelompok kreteria seleksi yang diatur secara berjenjang.


C. Permasalah dasar ekonomi

Dalam usahanya untuk memdnuhi kebutuhan hidup yan relatif tidak terbatas, padahal sumber daya relatif terbatas, setiap masyarakat dihadapkan pada suatu permasalahan yang berkaitan dengan pemilihan penggunaan sumber daya yang tersedia. Permasalah itu pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam permasalah dasar ekonomi, antara lain :

a. pemilihanpenggunaan sumber daya dalam kaitannya dengan penentuan tentang barang dan jasa yang harus di hasilkan olrh asyrakat

b. bagaimana cara menghasilkan barang dan jasa tersebut

c. untuk sipaa barang dan jasa itu dihasilkan.

Sunday, April 20, 2014

Peran Civil Society Organization

Peran Civil Society Organization dalam Empowerment Perempuan Korea

Sekarang ini, semakin banyak isu-isu baru dan permasalahan-permasalahan baru yang muncul dan menarik perhatian masyarakat dunia. Isu-isu internasional yang sekarang ini dihadapi tidaklah lagi hanya dalam lingkup keamanan, ekonomi dan juga negara saja. Berbagai macam isu seperti masalah lingkungan, masyarakat muncul ke permukaan dan menjadi sebuah isu baru dalam hubungan internasional yang semakin berhubungan dan sudah mengenai istilah tanpa batas (borderless). Berbagai macam isu yang terjadi dalam suatu negara pun sekarang ini dapat menjadi sebuah isu yang saling berhubungan dengan isu lain dan juga negara lainnya atau dapat dikatakan dengan globalisasi. 

Globalisasi adalah fenomena yang cenderung dipahami sebagai antitesa dari pemisahan-pemisahan dunia ke dalam komunitas-komunitas politik berbasis negara-bangsa. Dengan berkembangnya globalisasi, kebijakan-kebijakan yang diambil suatu negara dipengaruhi oleh aktor-aktor non-negara (non-state actor) seperti transnational corporations (TNCs), badan-badan internasional (WTO, IMF) dan aktor-aktor non negara lainnya. CSO dan juga civil society dalam hal ini menjadi memiliki peran dalam global governance dan juga pembuatan sebuah kebijakan. Civil society ataupun yang dapat juga disebut sebagai masyarakat sipil dalam hal ini merupakan aktor yang mementingkan nilai dan tujuan dari pihak masyarakat itu sendiri. Disaat para pengusaha berorientasi pada private interest, dan pemerintah lebih berorientasi pada kepentingan publik, masyarakat sipil dalam hal ini menjadi aktor yang fokus terhadap kepentingan sebuah maupun beberapa kelompok yang menjadi bagian dari masyrakat. Dalam hal ini termasuk permasalahan kemiskinan, human right, lingkungan, dan juga masalah jender ataupun perempuan. Peran masyarakat sipil yang terkumpul dalam sebuah organisasi (CSO) pun membantu mereka yang berada dalam permasalahan-permasalahan tersebut untuk mencapai sebuah solusi dan juga keadaan yang lebih baik. Dijelaskan lebih lanjut oleh Caroll bahwa masyarakat sipil dalam hal ini akan berkumpul bersama-sama dan menanggapi suatu isu secara detail, di luar pemerintah, dan memiliki keterkaitan dengan nilai ataupun kepentingan yang dianut, dan meminta dengan tegas agar institusi, negara, partai-partai politik dan juga dunia bisnis akan setuju dan menjalankan nilai-nilai yang dianut tersebut. Masyarakat sipil dalam hal ini bergerak secara kolektif dilingkup kepentingan bersama, nilai, dan tujuan yang mereka inginkan. 

Kemunculan isu jender dalam Hubungan Internasional pun pada dasarnya telah dimulai sebelum maraknya isu globalisasi menjadi sebuah pembicaraan dalam wacana-wacana internasional. Dijelaskan dalam tulisan Marianne Braig dan Sonja Woelte bahwa isu jender ini muncul setelah setelah isu development studies and international relations. Isu jender menjadi mulai serius dibicarakan dalam resolusi konflik dimulai karena kebijakan-kebijakan pertembuhan yang selama ini dikeluarkan mengalami kegagalan.Berjalannya waktu, isu jender ini pun berkembang dan menjadi sebuah bagian dari isu internasional dengan adanya sebuah tuntutan keadilan dan kesamaan antara perempuan dengan laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari diadakannya Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women atau CEDAW) pada tahun 1979. CEDAW merupakan konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskrimansi terhadap perempuan yang berisi sebuah pernyataan hak asasi internasional untuk perempuan.. Tetap adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam pembagian kekuasaan dan pengambilan keputusan pada semua tingkat pun merupakan pembicaraan yang diadakan pada peremuan selanjutnya pada tahun 1995, yaitu World Conference on Women di Beijing.

Fenomena globalisasi yang sekarang ini terjadi pun juga menuai beberapa kritik dalam masalah ketidakadilan jender, seperti yang terjadi dalam bidang ekonomi, politk, dan juga budaya. Secara ekonomi, terdapat adanya diskriminasi terhadap para pekerja perempuan baik dalam bidang posisi pekerjaan dan juga pendapatan yang diterima oleh perempuan. Secara politik, perempuan cenderung tersingkirkan dalam proses politik dan tidak memiliki peran dan cenderung tidak memiliki kontrol dalam tekanan ditingkat global. Begitu juga secara budaya, dimana beberapa negara memiliki sistem patriakrhi dalam budayanya yang membuat laki-laki selalu berada di depan perempuan. Perempuan dalam hal ini dituntut untuk selalu patuh terhadap laki-laki. Adanya ketidakadilan antara perempuan dalam laki-laki ini menimbulkan berbagai macam pergerakan dalam upaya mendorong perempuan untuk maju dan memiliki posisi yang sama dengan laki-laki, salah satunya pergerakan yang dilakukan oleh CSO-CSO tersebut. 

Korea adalah salah satu negara yang mengalami fenomena-fenomena tersebut. Sebagai sebuah negara dengan kemajuan tekhnologi dan ekonomi yang cukup signifikan, Korea pun memiliki permasalahan mengenai isu jender tersebut. Dalam dua dekade terakhir ini, Korea mengalami modernisasi baik secara industri dan ekonomi. Akan tetapi, modernisasi dalam masyarakatnya bukanlah sebuah hal yang mudah. Terdapat nilai-nilai sosial dan budaya yang melekat baik dalam masyarakat dan juga institusi pemerintahan yang menjadi hambatan dalam modernisasi masyarakatnya. Dalam hal ini pun termasuk dalam kemajuan peran perempuan dalam masyarakat. Secara tradisional, terdapat ketidakseimbangan antara perempuan dan laki-laki di Korea. Dalam sejarahnya, perempuan merupakan bagian dalam masyarakat yang cenderung terpinggirkan. Kuatnya nilai monarki dan sistem patriarkhi yang sangat mendominasi membuat perempuan berada posisi yang tidak sama dengan laki-laki. Selain itu nilai konfusianisme yang dianut oleh masyarakat Korea, yaitu “to the father when young, to the husband when married, and to the son in old age”, sangatlah memperjelas posisi perempuan yang berada di bawah laki-laki. 

Akan tetapi, dalam berjalannya waktu sekarang ini perempuan di Korea telah mengalami kemajuan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam partisipasi perempuan dalam parlemen itu sendiri terdapat peningkatan dari 6,08% pada tahun 2000 menjadi 13,4% pada tahun 2004. Tidak hanya partisipasi perempuan dalam politik saja yang mengalami peningkatan, partisipasi perempuan sebagai pekerja pun mengalami peningkatan di Korea. Modernisasi industri yang berjalan di Korea justru menghasilkan peningkatan partisipiasi pekerja perempuan. Antara tahun 1960 sampai 1991 jumlah pekerja perempuan di Korea mengalami peningkatan dari 2 juta pekerja menjadi 7,5 juta pekerja perempuan, dimana antara tahun tersebut peningkatan jumlah pekerja laki-laki hanya mengalami sedikit peningkatan.

Kemajuan para perempuan di Korea tersebut tidaklah lepas dari peranan CSO-CSO Korean yang menangani permasalahan perempuan. Akan tetapi, pergerakan CSO di Korea tidaklah juga berjalan mulus. Pergerakan-pergerakan CSO di Korea pun pada sejarahnya juga mengalami penentangan-penentangan dari pemerintah Korea. Dilihat dari sejarahnya, Korea dalam hal ini sempat mengalami masa pemerintahan otoriter seperti Shangman Rhee, Park Chung Hee, dan juga Chun Do Hwan yang sangat jelas menentang keberadaan pergerakan-pergerakan CSO tersebut. Sering kali, keberadaan pergerakan-pergerakan masyarakat tersebut dibubarkan yang seringkali menggunakan kekerasan, yang salah satunya terjadi pada masa pemerintahan Chun Do Hwan yang terkenal dengan nama Kwangju incident yang terjadi pada bulan Mei 1980. Akan tetapi, sejak tahun 1987 memasuki transisi kea rah demokrasi, CSO pun mulai mengalami pertumbuhan yang cukup pesat sebagai pemain utama dalam politik Korea. Peran NGO dalam hal ini pun sebagai pengawas dalam pemelihan umum, meningkatkat partisipasi politik, membantu mengurangi korupsi politik, dan mengawasi berjalannya proses legislatif dalam National Assembly. Peran CSO tersebut juga salah termasuk diantaranya meningkatkan transparansi, dan mendorong terciptanya demokrasi di Korea.Proses demokrasisasi Korea ini juga menimbulkan isu-isu baru yang menjadi fokus baru bagi CSO-CSO di Korea, terutama isu-isu yang sebelumnya tidak tersentuh dan tidak terepresentasikan seperti isu perempuan dan lingkungan.

CSO perempuan Korea dalam hal ini mendorong peningkatan posisi perempuan baik dalam keluarga dan juga dalam pekerjaan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa perempuan Korea dalam hal ini telah mengalami peningkatan dan kemajuan status di Korea, dan hal ini pada dasarnya tidaklah terlepas dari peran CSO sebagai organisasi yang menengahi pemerintah Korea dengan masyarakatnya. Hal ini juga terlihat dari meningkatnya jumlah CSO perempuan, dimana pada tahun 1980, CSO perempuan di Korea berjumlah 36 dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dimana pada tahun 1993 menjadi 78 organisasi.Tidak hanya itu organisasi perempuan Korea ini pun tidak semuan berjalan dalam jalur yang sama. Perbedaan visi membuat pergerakan mereka pun berbeda, ada yang bersifat mainstream da ada yang bersifat reformis. Perbedaan sifat organisasi ini pun pada akhirnya memberikan perbedaan dalam cara dan juga tujuan yang ingin mereka capai. Dengan demikian, penelitian ini akan mencoba menjawab Bentuk tindakan apakah yang dilakukan oleh CSO-CSO perempuan di Korea dalam rangka memajukan posisi perempuan di Korea? Dalam hal ini peneliti akan melihat baik dari sudut domestik dan juga hubungan CSO tersebut dengan arena internasional.

Sunday, April 13, 2014

Apa Yang Menjadi Tanggung Jawab Pendidikan

TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN

Oleh S. Bekti Istiyanto, S.Sos

Saya termasuk seorang bapak yang secara jujur agak kaget ketika pada tahun ini anak saya yang sulung sudah harus sekolah. Sebenarnya, bukan tanpa persiapan tapi perasaan bahwa anak saya ternyata sudah berangkat sekolah secara formal dan ini berarti anak saya sudah menjadi besar telah berlangsung.

Banyak kekagetan yang sering kali tidak kita rasakan. Seperti saya, padahal persiapan-persiapan telah saya lakukan. Dengan mencoba menitipkan pada guru-guru TPA di masjid kampung, menceritakan betapa enaknya bersekolah dan punya banyak teman, mengajak ke sekolah dimana anak saya nantinya akan sekolah di sana agar dia tidak merasa asing dengan lingkungan barunya, membeli dan membacakan buku yang sesuai bahkan mempersiapkan segala kebutuhan yang bersifat materi seperti tas sekolah, tempat minuman dan makanan, buku-buku dan alat tulisnya serta sepatu sudah saya dan istri lakukan. Ternyata ‘rasa kaget’ saya bahwa anak saya ternyata sudah besar dan mau sekolah yang akhirnya waktunya akan sedikit tersita untuk urusan sekolah dan kawan-kawannya serta pendidikan yang tidak lagi seratus persen dibawah kendali saya dan istri tetaplah menjadi kekagetan tersendiri.

Mungkin bukan kaget tapi perasaan was-was yang lebih menyeruak ketika terbayang anak saya melambaikan tangannya dan mengucapkan salam kepada saya. Apakah dia sudah siap, begitulah yang selalu saya pertanyakan. Atau justru sekolah merupakan sebuah ajang pemaksaan keinginan saya dan istri untuk menjadikan anak ‘super’ dan ‘ideal’ guna menyongsong hari depan tanpa memberikan kesempatan berpikir kepada anak, dan memungkinkan dia mengajukan pertanyaan “Apakah tidak ada cara lain yang dapat menjadikan saya ‘super’ dan ‘ideal’ selain sekolah?”

Kekhawatiran saya mungkin Anda nilai sangat tidak beralasan. “Sudah persiapan sedemikian rupa koq malah membebani dengan pikiran seperti itu. Yang apa adanya, dijalani saja”. Mungkin Anda benar atau juga mungkin saya yang benar.

Sebenarnya saya mungkin akan legowo ikhlas dengan sangat melepas keberangkatan anak memulai perjuangan hidupnya di dunia kompetisi seperti sekarang ini, ‘seandainya’ pendidikan yang kebanyakan ada di tengah masyarakat tidaklah menjadikan anak sekadar robot-robot pendidikan. Akibat sistem pendidikan yang semrawut dan seolah-olah tidak berdasar kepada sebuah sistem pendidikan yang baku. Apalagi ada ungkapan ganti menteri pendidikan berarti ganti kebijaksanaan.

Banyak kita rasakan pendidikan yang terjadi kepada anak-anak kita justru menulikan kepekaan mereka atas lingkungan sosial sekitarnya, atau membutakan nurani mereka akan nilai-nilai kemanusiaan. Pembedaan kelas pendidikan yang ada menjadikan anak tumbuh dalam dunia yang berbeda dan banyak koreksi lain sebenarnya yang dapat kita berikan atas pendidikan yang ada sekarang ini.

Saya sadar kita mesti tidak boleh berlepas diri dan menyalahkan pihak lain tapi justru harus menemukan cara yang bisa memberikan minimal satu solusi. Bagaimanapun pendidikan adalah wilayah tanggung jawab kita sebagai orang tua. Kitalah yang memberikan dasar dan pegangan buat anak menapaki masa depan. Malah semestinya saat kita menjadi orang tua kitalah yang mesti ‘sekolah’ lagi bagaimana menjadikan generasi sesudah kita lebih baik.

Seperti contoh di Jepang, seorang ibu rela tidak bekerja sampai anak berusia sekitar 10 tahun dan siap dengan kemandirian, walaupun dia punya kemampuan untuk bekerja. Tapi justru terlibat aktif dalam pendidikan anak di sekolah, semacam POMG yang disana banyak mendukung program pendidikan yang ada di sekolah. Bahkan ada banyak bidang yang bisa mereka garap dengan serius. Dibanding dengan kita yang sering kali menyerahkan segalanya kepada guru-guru di sekolah, pokoknya tanggung jawab pendidikan ada di pundak guru. Kalaupun ada pertemuan POMG yang dibahas adalah kenaikan bantuan untuk sekolah, uang gedung atau kenaikan SPP. Sehingga akhirnya ketika muncul persoalan pada anak, orang tua cenderung berlepas diri dan selalu menyalahkan pihak sekolah khususnya guru yang dianggap tidak becus mendidik.

Kita mesti arif bahwa guru pun sama dengan kita yang juga punya banyak persoalan yang harus diatasi, dan tidak semestinya kita melepaskan tanggung jawab pendidikan kita kepada para guru di sekolah begitu saja. Di akherat kelak toh yang akan ditanya adalah kita sebagai orang tua bukan gurunya. Pendidikan bukanlah sekadar jual beli, bahwa kalau kita sudah membayar biaya sekolah yang tinggi pasti akan didapat hasil yang tinggi pula. Variabelnya tidaklah sesederhana itu.

Untuk itu, di tengah kondisi yang serba sulit kita dituntut untuk bersikap adil. Adil untuk menyadari bahwa pendidikan adalah tugas kita dan ini harus diemban dengan seksama. Adil untuk tidak membebani pelaku pendidikan bekerja di luar kemampuannya. Adil juga terhadap anak untuk berkreasi sesuai bakat dan potensi yang dimiliki. Adil untuk lingkungan yang secara tidak sadar menjadikan pendidikan kita tidak tambah maju dengan memberikan pemahaman bagaimana semestinya sebuah pendidikan terhadap anak dilakukan. Harus adil untuk semua.

Dengan pilihan di atas saya memberanikan diri untuk melepas anak saya ke medan pendidikan. Tentu saja, saya pun tidak asal sepakat dengan kondisi yang ada. Saya telah memilih sekolah yang saya nilai plus dibanding yang lain, baik sistem pendidikan, fasilitas, kurikulum, lingkungan sekitar sekolah, muatan agamanya, hasil lulusan yang bisa dilihat, juga tidak lupa para gurunya, karena guru tidak hanya di sekolah tapi juga di luar sekolah pun tetaplah seorang guru. Tanpa perhitungan seperti ini agak berat bagi saya melepas anak sulung saya, yang kebetulan perempuan, berada dalam pendidikan seperti sekarang ini. Belum terbayang bagaimana tetangga saya yang mengeluh betapa sulitnya mendidik anak yang mengalami masa puber dan beralih baik secara fisik, sosial juga psikologisnya. Saya hanya berharap kekhawatiran saya ini menjadi sirna.

Sunday, April 6, 2014

Perbedaan Pembagian Logika dan Alami


1- Pada pembagian-logika, bagian dapat dipredikatkan kepada yang dibagi. Begitu pula sebaliknya. Seperti predikasi atas manusia "bahwasanya binatang" dan "binatang ini adalah manusia". Tapi pada pembagian-alami hal di atas tidak bisa dilakukan. Maka tidak bisa kita katakan bahwasanya oksigen itu adalah air, atau air adalah oksigen.

2- Pemadian-logika, dimulai dari atas ke bawah, yaitu dari jenis ke golongan kemudian ke kelompok-kelompok serta individu-individunya. Sedang pembagian-alamisecra sekaligus dan langsung.

Metode Pembagian
Supaya pembagian menghasilkan hasil yang benar dan mencakup semua yang dikandung oleh yang dibagi, maka kita bisa menggunakan dua metode yang ada, tsuna'i dan rinci.

1- Pembagian dengan dua susunan plus dan minus ( tsuna'i )

Yaitu pembagian yang dilakukan dengan memakai sistemm positif dan negatif. Misalnya membagi binatang menjadi rasional dan tidak; membagi rasional menjadi laki-laki dan bukan; membagi laki-laki menjadi asia dan bukan; pembagian Asian menjadi Indonesia dan bukan; membagi Indonesian menjadi orang jawa dan bukan dan seterusnya.. Sehingga, walaupun pembagian kita hanya menghasilkan sua bagian, misalnya, membagi binatang kepada rasional dan tidak, akan tetapi dua bagian tersebut dapat mencakup seluruh ekstensi binatang.



2- Pembagian dengan metode rinci ( tafshiliyyah ), yaitu membagi seuatu kepada semua bagian-bagiannya. Seperti membagi manusia menjadi laki-laki dan perempuan.

PENGELOMPOKAN
Kalau kita bekerja di toko buku – misalnya – maka kita harus dapat menyusun dan mengelompok-ngelompokkan buku-buku yang akan kita jual untuk konsumen, supaya memudahkan mereka dalam mencari buku-buku yang diperlukan. Misalnya, kita pisahkan buku-buku agama pada satu tempat, begitu pula yang lainnya. Kemudian buku-buku agama itu pun dikelompokkan lagi. Misalnya, buku-buku tafsir, fiqih, filsafat-tauhid, aqidah, sosial, sejarah dan lain-lain. Masing-masing diletakkan pada satu tempat khusus. Kalau kita telah melakukan semua itu bererti kita telah mengelompokkan buku-buku di toko terebut. Dengan demikian pengelompokan itu adalah " Peletekan ndividu-individu dalam kelompok-kelompok yang berbeda yang didasarkan pada sifat khususnya".

Dasar-dasar Pengelompokan


Dasar-dasar pengelompokan tidak berbeda deengan dasar-dasar pembagian, Yaitu diharuskan adanya satu dasar bagi pegelompokan yang dilakukan.

Perbedaan antara pembagian dan pengelompokan:

1- Bagian-bagian pada pembagian, satu sama lain berbeda hakekat, sedng pada pengelompokan tidak; alias hanya dibedakan dengan sifat-sifat khususnya. Maka dari itu pembagian yang menghasilkan golongan dikatan penggolongan, yang menghasilkan kelompok – yaitu yang dibedakan dengan sifat – disebut pengelompokan, dan yang menghasilkan individu disebut pengindividuan.

2- Pembagian selalu dari atas ke bawah, sedang pengelompokan tidak ( misalnya anda mengumpulkan mengumpulkan nama-nama pengarang sesuai dengan huruf abjad dan mengelompokkan buku-buku atas dasar nama-nama tersebut ).


Pelengkap


Dalam pelajaran definisi, kami telahmenguraikan dan merinci cara-cara mmendefinisikan sesuatu, sehingga kita dapat mengetahui apa-apa yang sebelumnya berupa majhul-tashawwuri.

Di sin perlu kami berikan contoh menetrapkan teori-teori tersebut sesuai dengan janji kami pada awal bab pembagian. Kita mengambil manusia sebagai contoh ini.

Langkah pertama, kita harus enyadari bahwa kita belum mengetahui hakekat manusia.

Langkah kedua, kita harus mencari jenis manusia itu. Kalau kita menjumpainya, maka kita akan berpndah kepada langkah ketiga, yang dari langkah tersebut hakekat pikiran, seperti yang kami terangkan sebelumya mengenai pikiran, dimulai. Mengenai jenis manusia tentu sudah maklum yaitu "binatang".

Langkah ketiga, gerak akal dari majhul ( yang belum diketahui )kepada yang dikeahui. Maksudnya, melihat manusiadan semua golongan yang ada dalam naungan

Langkah keempat, kita harus bisa mencari zat atau sifat yang dapat membedakan manusia dari golongn lainnya. Kalau hal ini tidak bisa kita lakukan berarti kita tidak akan bisa mengatasi masalah kita, yaitu untuk daat mendefinisikan manusia. Tetapi kalau hal itu bisa dilakukan, maka berarti kita telah membatasinya baing dengan batasan-batasan atau gambaran-lengkap. Tentu dalam hal ini pembeda manusia adalah "rasional" dan sifat khususnya adalah "tertawa", misalnya. Dan berarti kita dapat membagi manusia pada jenis-dekat dan pembeda-dekatnya atau pada jenis-dekat dan sifat khususnya, dengan pembagian alami yang akliah.

Langkah kelima, kal kita dengan membawa bekal penemuannyayang dilakukan pada langkah keempat, kembali kepada yang asalnya majhul yaitu "manusia". Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa "manusia adalah binatang rasional", sebagai definisidengan batasan-lengkapnya, atau "binatang tertawa" sebagai definisi dengan gambaran-lengkapnya.

Satu lagi yang perlu anda kuasai sebbelum anda menefinisikan sesuatu. Yaitu cara membuat tangga pahaman.Tangga pahaman ini harus anda mulai dari bawah. Yakni dari pahamanyang partikulir, atau minimal dari sesuatu yang akan anda definisikan. Dan untuk keatasnya ( baca: yang luas ) harus beranjak secara perlahan. Maksudnya tidak boleh eloncat. Karena kalau sampai terjadi loncatan, jenis dari yang akan anda definisikan, yang semestinya jauh bisa menjadi jenis dekat. Sehingga anda tidak akan dapat mendefinisikannya dengan batasan, melainkan hanya dengan gambaran.

Misalnya, ketika anda mau mendefinisikan air.Anda terlebih dahulu harus mencari pahaman universal yang lebih luas sedikit dari air. Misalnya "benda cair".Dan anda tidak boleh meloncat, misalnya mengambil "benda tidak berkembang" sebagai pahaman di atasnya. Sebab ia adalah urutan setelah "benda cair". Kalau hal itu sampai terjadi, anda tidak akan dapat mmenemukan jenis-dekat air. Itu berarti anda tidak dapat memberikan batasan untuk air. Dan satu-satunya yang dapat anda lakukan adalah memberikan gambaran. Sebab batasan, mestilah diambil dari jenis-dekat dan pembeda-dekat. Sementra jenis-dekat suatu golongan adalah pahaman yang lebih luas yang secara langsung ( tidak berjarak ) ada di atasnya.Perhatikan beberapa contoh tangga pahaman berikut ini.


TANGGA PAHAMAN


Keterangan Diagram ( mengambil diagram pertama ):

Kalau anda ingin mendefinisikan "air", maka anda tinggal mengambil "Benda cair" sebagai jenisnya, dan carilah benda atau,kalau tidak bisa, sifat khususnya yang dapat membedakannya dari golongan-golongan lain yang bersatu dengannya di "benda cair".

Begitu pula kalau anda ingin mendefinisikan "benda-cair". Maka anda tinggal mengambil "benda tak berkembang" dan menambahkan benda atau sifat khusus kepadanya. Begitulah seterusnya.

Akhirnya dengan puji syukur ke hadirat Allah SWT, kami akhiri buku pertama ini dengan harapan semoga bermanfaat bagi kaum muslimin, khususnya bangsa kita tercinta Indonesia.

Tuesday, April 1, 2014

HUBUNGAN PAHAMAN DAN EKSTENSI

Sebagaimana telah kami terangkan dalam bab-bab terdahulu, bahwasanya wujud dalam akal merupakan pahaman dari wujud luar akal, sudah tentu keduanya mempunyai efek yang berbeda. Seperti api, di luar akal ia mempunyai efek membakar, menyinari dan lain sebagainya. Akan tetapi di dalam akal, ia – api – tidak mempunyai efek tersebut, bahkan mempunyai efek lain, misalnya menakutkan. Wujud dalam akal itulah yang disebut pahaman, sedang wujud luar disebut ekstensi.

Dengan demikian kita dapat mendefinisikan – walaupun bukan dengan definisi hakiki, lihat definisi ilmu dan bab definisi – bahwa pahaman (mafhum) adalah “Gambar sesuatu dalam akal yang diambil dari Hakekat (wujud) sesuatu di luar akal”. Misalnya Ahmad, manis, panas, suara ibu, harumnya bunga dan lain-lain.

Sedangkan ekstensi (mishdaq) sebagai “Hakikat (wujud) sesuatu yang kepadanya pahaman bisa diterapkan” atau “Hakekat (wujud) sesuatu yang darinya diambil suatu pahaman”. Misalnya Ahmad, manis, panas, suara ibu, harumnya bungan dan lain-lain.
Hubungan Pahaman dan Ekstensi

Adalah kecocokan pahaman itu sendiri dengan ekstensinya. Misalnya manusia, sebagai pahaman, berarti binatang rasional. Sedang hakekat (wujud) sesuatu yang kepadanya bisa diterapkan pengertian (pahaman) manusia atau binatang rasional, merupakan ekstensinya. Misalnya Ahmad, Ali, Ja’far, dsb.
Perhatian!

Istilah pahaman dan ekstensi di atas banyak dipakai dalam peristilahan logika dan filsafat. Namun, ada istilah lain yang jarang digunakan. Istilah tersebut adalah ekstensi yang bermakna umum “Sesuatu yang darinya diambil pahaman”. Istilah ini tidak hanya mencakup wujud luar, tetapi juga wujud dalam, seperti ilmu panca indera (hissi) dan pengertian tahap pertama. Sebab, pengertian tahap pertama diambil dari ilmu panca indera, sedang pengertian tahap kedua diambil dari pengetahuan tahap pertama.


Pembagian pahaman

Pahaman dilihat dari segi ekstensinya dibagi menjadi dua. Sebab, pahaman terkadang mempunyai satu ekstensi saja sedang yang lain tidak. Denga demikian pahaman dibagi menjadi dua, partikulir dan universal.

1. Pahaman Partikulir (Juzi)

Pahaman partikulir adalah “Suatu pahaman yang mempunyai satu ekstensi”. Seperti pahaman Ahmad, Jakarta, Indonesia, buku ini dan lain-lain.

Pahaman partikulir dibagi menjadi dua, Hakiki dan hubungan.

1. Partikulir hakiki

Adalah yang sesuai dengan definisi di atas. Seperti pahaman Ahmad dan lain-lain.

2. Partikulir hubungan (Idhafi)

Adalah suatu pahaman yang dihubungkan dengan pahaman yang lebih luas. Misalnya Ahmad, dihubungkan dengan manusia dan lain-lain.
Perhatian!

Partikulir Hubungan ini kadangkala partikulir hakiki, seperti Ahmad – apabila kita memandang secara mandiri, maka ia adalah pahaman partikulir hakiki. Tetapi kalau kita lihat Ahmad, kemudian kita hubungkan dengan pahaman yang lebih luas misalnya manusia, maka ia menjadi pahaman partikulir hubungan. Dan kadangkala partikulir hubungan berupa pahaman universal, misalnya manusia. Pada hakekatnya manusia adalah pahaman universal, karena ia mempunyai ekstensi lebih dari satu, seperti Ahmad, Ali dan yang lain. Akan tetapi karena kita menghubungkan dengan pahaman yang lebih luas, misalnya binatang, maka ia menjadi partikulir hubungan. Begitu juga kalau kita menghubungkan binatang dengan benda hidup, benda hidup dengan benda, dst, maka pahaman-pahaman universal tersebut menjadi pahaman partikulir hubungan.

2. Pahaman Universal

Pahaman universal adalah “Suatu pahaman yang mempunyai banyak – lebih dari satu – ekstensi”. Misalnya manusia, binatang, buku, rumah, sekutu Tuhan, Tuhan, dll.
Perhatian!

Pahaman universal ini tidak harus mempunyai ekstensi yang nyata, yakni, boleh jadi hanya di alam misal. Sebab, kadangkala akal memahami suatu pahaman universal tanpa mengambil dari ekstensi-ekstensi yang nyata – ada. Bahkan akal hanya mentakdirkan atau memisalkan saja, dalam akal pikiran, ekstensi-ekstensi yang banyak yang bisa diterapkan kepada ekstensi-ekstensi tersebut pahaman universal yang dipahaminya. Misalnya, sekutu Tuhan, perkumpulan (pertemuan) antara dua hal yang bertentangan dsb.

Pahaman universal kadangkala juga hanya mempunyai satu ekstensi pada hakekatnya, namun akal memahaminya sebagai pahaman universal. Dalam hal ini akal tidak melakukan kesalahan, dan pahaman universal itupun tidak rusak. Misalnya pahaman tentang Tuhan atau pencipta. Tuhan atau Pencipta mempunyai pengertian universal , yaitu sesuatu yang menciptakan – alam ini. Apapun bentuknya dan berapapun jumlahnya. Maka dari itu untuk mengatakan bahwa Tuhan itu satu memerlukan argument. Dan seandainya tidak memerlukan argument maka tidak akan ada orang yang mengatakan bahwa Tuhan itu dua, tiga dst, sebagaimana yang kita dengar dari pengakuan-pengakuan mereka itu.

Pahaman universal dibagi menjadi dua bagian, Universal sama dan Universal beda.

1. Universal sama (mutasawi, mutawathi)

Adalah pahaman universal yang ekstensi-ekstensinya, satu sama lain, sama. Misalnya, manusia.

2. Universal beda (tafawut, musyakkik)

Adalah pahaman universal yang ekstensi-ekstensinya, satu sama lain, berbeda. Misalnya benda putih, wijud, dll.

Benda putih bisa diterapkan pada awan, air, kapur, salju, dll yang diantara mereka terdapat perbedaan, yaitu dari segi putihnya, yang satu lebih kuat dari yang lain, dan yang lain lebih lemah. Berbeda dengan manusia, yang tidak bisa salah satu ekstensinya dikatakan lebih baik, kuat, lemah, kemanusiaannya atau kebinatangan- rasionalnya. Dan kalau terdapat perbedaan, maka perbedaan tersebut terdapat di luar kemanusiaannya. Semacam tinggi-rendahnya, pandai-tidaknya, dll.


EMPAT PERHUBUNGAN


Kalau dua pahaman universal yang saling berbeda makna dihubungkan maka akan menghasilkan apa yang disebut sebagai “Empat Perhubungan”. Artinya, hasil perhubungan tersebut tidak akan keluar dari empat macam bentuk.

Maksud dari menghubungkan di sini adalah kita melihat kedua pahaman yang dihubungkan, dalam ekstensi masing-masing. Adakah keduanya saling bertemu atau tidak. Kalau bertemu, adakah bertemu dalam seluruh ekstensi keduanya atau sebagian. Dan kalau pada sebagian, adakah yang satu lebih luas dari yang lain atau sama-sama mempunyai keluasan dalam satu segi tersendiri. Dengan demikian hubungan tersebut menjadi empat macam: Bertemu pada seluruh ekstensi, bertemu pada sebagian ekstensi dan yang satu berpisah dari yang kedua pada ekstensi yang lain, bertemu pada sebagian ekstensi dan keduanya saling berpisah pada ekstensi yang lain yang saling mengkhususkan keduanya atau keduanya tidak saling bertemu.
1. Hubungan Sama (Tasawi, Equivqlence)



Hubungan sama adalah “Dua pahaman universal yang berbeda makna, yang saling bertemu pada semua ekstensi keduanya”. Misalnya manusia dan rasional. Makna keduanya berbeda, sebab manusia adalah bunatang rasional dan berupa golongan (spesies, nau”), sedang rasional adalah bagian essensi manusia dan berupa differentia (pembeda) manusia. Akan tetapi keduanya saling bertemu pada ekstensi masing-masing. Maka dari itu dapat kita katakan sebagai berikut:

1. Semua manusia, rasional.

2. Semua rasional, manusia.

Kalau kita ganti manusia dengan huruf A, dan rasional dengan huruf B, sedang sama kita ganti dengan tanda =, maka hubungan di atas akan menghasilkan A=B dan B=A.
2. Hubungan Umum dan Khusus Mutlak



Hubungan umum dan khusus mutlak adalah “Dua pahaman universal yang berbeda makna, yang satu mencakup pahaman lainnya pada ekstensi keduanya, dan tidak sebaliknya”. Misalnya binatang dan manusia. Ekstensi binatang mencakup manusia dan bukan manusia – dari benda berkembang yang perasa (binatang). Sebab pahaman binatang adalah “Benda berkembang yang perasa dan bergerak dengan kehendak”. Sedang pahaman manusia hanya mempunyai ekstensi yang berupa binatang rasional (tidak seluruh binatang). Jadi kita dapat mengatakannya sebagai berikut:

1. Sebagian binatang adalah manusia, sebagian binatang adalah bukan manusia.

2. Setiap manusia adalah binatang.



Kalau kita ganti binatang dengan huruf A, dan manusia dengan huruf B, sedang lebih luas (umum) dan khusus kita ganti dengan tanda >, <, maka hubungan di atas menjadi A>B atau B<A.
3. Hubungan Umum dan Khusus Dari Satu Segi


Hubungan umum dan khusus dari satu segi adalah “Dua pahaman universal yang berbeda makna, yang saling bertemu dan berpisah pada sebagian ekstensi keduanya”. Misalnya putih dan burung. Ekstensi putih terkadang bertemu dengan ekstensi burung, yaitu pada burung putih, tapi terkadang berpisah, yaitu pada putih yang bukan burung. Begitu juga halnya dengan burung, yaitu bertemu dengan putih pada burung putih dan berpisah dengannya pada burung yang tidak putih. Inilah yang dimaksud dengan umum dan khusus dari satu segi. Artinya dari satu segi – misalnya dari segi putih – nampak yang satu (putih) lebih luas dari yang lain (burung). Dengan uraian di atas dapatlah kita mengatakan sebagai berikut:

1. Sebagian putih, burung.

2. Sebagian putih, bukan burung.

3. Sebagian burung, putih.

4. Sebagian burung, bukan putih.


Kalau putih kita ganti dengan huruf A dan burung dengan huruf B, sedang bertemu (lebih khusus) dan berpisah (lebih umum) pada sebagian kita ganti dengan lambing (x), maka umum dan khusus dari satu segi menjadi A x B.
4 Hubungan Perbedaan


Hubungan perbedaan adalah “dua pahaman universal yang berbeda makna, yang saling tidak bertemu pada ekstensi masing-masing”. Misalnya, manusia dan benda mati. Ekstensi manusia tidak pernah bertemu dengan ekstensi benda mati, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian kita dapat mengatakan sebagai berikut:

1. Semua manusia, bukan benda mati.

2. Semua benda mati, bukan manusia.


Kalau manusia kita ganti dengan huruf A dan benda mati dengan huruf B, sedang ketidakbertemuannya kita ganti dengan lambang garis sejajar yang menunjukkan dua garis tidak pernah bertemu, maka hubungan di atas menjadi A // B.