Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Saturday, December 21, 2013

Menuju Restorasi Kepemimpinan Shogun (militer)

Shogun-shogun dari klan Tokugawa (1603 Masehi) merebut kekuasaan dan mulai memerintah Jepang dengan memusatkan perhatian pada sarana-sarana ideologis guna memperkuat pemerintahannya. Agama Konfusius kembali berkembang di Jepang karena sifatnya yang sekuler. Rasa hormat kepada ilmu pengetahuan yang ditegakkan Konfusius menyebar di antara semua golongan.

Kepemimpinan shogun Tokugawa membawa kelahiran kembali kesustraan dan ilmu pengetahuan serta ajaran Klasik Cina. Pendidikan samuraipun mengalami perubahan. Banyak samurai yang dituntut untuk lebih memahami ilmu perdamaian sehingga saat mereka telah ahli dalam kesustraan dan ilmu sejarah, mereka beralih menjadi guru dan pengelola pemerintahan sipil. Beberapa samurai kembali aktif dalam pemerintahan, ketentaraan, kepolisian, dan bisnis.

Pemerintahan shogun memperlihatkan dukungan langsung kepada beberapa institusi pendidikan. Pada tahun 1630 didirikan sekolah ternama untuk pelajaran lanjutan ilmu Klasik Cina, Shoheiko, yang hanya menerima putra-putra pejabat tinggi. Hubungan dengan dunia barat terjalin dengan baik di bawah pemerintahan shogun meski terdapat hukum yang membatasi. Keterisolasian Jepang mulai terbuka saat bangsa Belanda yang mendirikan pusat perdagangan kecil di Nagasaki mengajarkan bahasa Jepang pada beberapa orang yang berminat. 
 
Pada pertengahan abad ke-16, misionaris Kristen masuk ke Jepang dan mulai memyebarkan ajarannya. Sambutan bangsa Jepang terhadap ajaran Kristen sangat tidak baik karena agama Kristen mengajarkan kesamaan semua bangsa yang tidak sesuai dengan kepercayaan bangsa Jepang yang menganggap diri mereka adalah keturunan dewa. Akibatnya pada tahun 1638 terjadi pembunuhan besar-besaran terhadap sekitar 37.000 orang pemeluk Kristen.

Shogun kedelapan yang berpikir luas dan keluar, mengizinkan masuknya ilmu pengetahuan, selain ilmu agama, ke Jepang yang dibawa oleh pemerintah Belanda pada awal abad ke-18. Buku-buku berbahasa Belanda ini kemudian diterjemahkan dan telah mengubah cara pandang orang Jepang terhadap ilmu pengetahuan mengingat luasnya pegetahuan orang Barat mengenai pengetahuan. Rakyat biasa telah mulai memeproleh akses pendidikan melalui fasilitas sekolah swasta yang dinamakan terayoka. Pendidikan untuk anak perempuan lebih ditekankan pada persiapan untuk menjadi istri yang baik dan ibu yang cekatan.

0 comments:

Post a Comment