Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Monday, January 6, 2014

Contoh Latar Belakang Tentang Pariwisata

A. Latar Belakang dan Permasalahan

Sejak awal telah disadari bahwa kegiatan pariwisata harus dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.[ Pembangunan kepariwisataan sebagai bagian dari pembangunan nasional mempunyai tujuan antara lain memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja. Sejalan dengan tahap-tahap pembangunan nasional, pelaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan secara menyeluruh, berimbang, bertahap, dan berkesinambungan. Nampak jelas bahwa pembangunan di bidang kepariwisataan mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Mengingat pentingnya pembangunan di bidang kepariwisataan tersebut, maka dalam penyelenggaraannya harus berdasarkan asas-asas manfaat, usaha bersama, kekeluargaan, adil, merata, peri kehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada diri sendiri. Pariwisata termasuk dalam program pembangunan nasional di Indonesia sebagai salah satu sektor pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan pariwisata di Indonesia perlu ditingkatkan. Melalui pariwisata pemerintah berusaha untuk menambah penghasilan atau devisa negara, terutama dengan masuknya wisatawan mancanegara.

Pariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks, mampu menghidupkan sektor-sektor lain meliputi industri-industri seperti industri kerajinan tangan, industri cinderamata, penginapan, dan transportasi. Disebutkan pula bahwa pariwisata sebagai industri jasa yang digolongkan sebagai industri ke tiga cukup berperan penting dalam menetapkan kebijaksanaan mengenai kesempatan kerja, dengan alasan semakin mendesaknya tuntutan akan kesempatan kerja yang tetap sehubungan dengan selalu meningkatnya wisata pada masa yang akan datang.

Sejak tahun 1978 pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan kepariwisataan. Hal ini dituangkan dalam TAP MPR No IV/MPR/1978, yaitu bahwa pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan kerja, dan memperkenalkan kebudayaan. Pembinaan serta pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah dan pengaturan-pengaturan yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, antara lain bidang promosi, penyediaan fasilitas serta mutu, dan kelancaran pelayanan.

Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta telah meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari satu daerah ke daerah lain. Kunjungan wisatawan akan merangsang interaksi sosial dengan penduduk di sekitar tempat wisata dan merangsang tanggapan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kemampuan mereka dalam beradaptasi baik di bidang perekonomian, kemasyarakatan maupun kebudayaan mereka.

Pariwisata dengan segala aspek kehidupan yang terkait di dalamnya akan menuntut konsekuensi dari terjadinya pertemuan dua budaya atau lebih yang berbeda, yaitu budaya para wisatawan dengan budaya masyarakat sekitar obyek wisata. Budaya-budaya yang berbeda dan saling bersentuhan itu akan membawa pengaruh yang menimbulkan dampak terhadap segala aspek kehidupan dalam masyarakat sekitar obyek wisata. Pada hakekatnya ada empat bidang pokok yang dipengaruhi oleh usaha pengembangan pariwisata, yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Dampak positif yang menguntungkan dalam bidang ekonomi yaitu bahwa kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja, serta adanya kemungkinan bagi masyarakat di daerah tujuan wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup mereka. Dampak positif yang lain adalah perkembangan atau kemajuan kebudayaan, terutama pada unsur budaya teknologi dan sistem pengetahuan yang maju. Dampak negatif dari pengembangan pariwisata tampak menonjol pada bidang sosial, yaitu pada gaya hidup masyarakat di daerah tujuan wisata. Gaya hidup ini meliputi perubahan sikap, tingkah laku, dan perilaku karena kontak langsung dengan para wisatawan yang berasal dari budaya berbeda.

Potensi Jawa Tengah dalam sektor pariwisata khususnya menyangkut obyek wisata turut serta menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiap tahunnya. Propinsi ini mempunyai wilayah-wilayah wisata yang potensial dan wisata budaya yang telah dikenal secara nasional.

Pembangunan kepariwisataan harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya melalui usaha-usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar. Peranan pemerintah lebih diarahkan untuk mendorong peranan swasta dalam usaha menciptakan produk wisata. Berkembangnya peranan swasta akan memajukan pariwisata di Jawa Tengah. Kabupaten Semarang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi wisata yang bagus. Di Kabupaten Semarang terdapat 36 obyek wisata yang tersebar di seluruh wilayahnya. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Semarang mengeluarkan program INTANPARI (Industri, Pertanian, dan Pariwisata) yang merupakan program penggalakkan di bidang industri, pertanian, dan pariwisata. Potensi pariwisata di Kabupaten Semarang menyumbang 1,5 % dari keseluruhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Semarang pada tahun 2002.

Salah satu obyek wisata di Kabupaten Semarang adalah Pemandian Muncul yang terletak di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru. Lokasi obyek wisata ini sangat strategis, yaitu terletak di dekat jalur jalan raya Semarang-Yogyakarta, sehingga memudahkan akses wisatawan yang ingin berkunjung ke sana. Pemandian Muncul adalah obyek wisata pemandian dengan sumber air alam yang cukup menarik dimana mata airnya muncul dari dasar kolam.

Setiap tahun di obyek wisata Pemandian Muncul diadakan ritual padusan. Ritual padusan merupakan ritual membersihkan diri secara lahiriah yang dilaksanakan menjelang bulan puasa. Ritual tersebut diikuti berbagai lapisan masyarakat, baik yang tinggal di Banyubiru maupun yang tinggal di luar Banyubiru, seperti Ambarawa, Salatiga, Ungaran, bahkan Semarang. Dengan adanya ritual padusan mengakibatkan meningkatnya jumlah pengunjung obyek wisata Pemandian Muncul pada saat menjelang Bulan Puasa.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengungkapkan permasalahan yaitu :

a. Bagaimanakah obyek wisata Pemandian Muncul dalam konteks perkembangan kawasan wisata Banyubiru

b. Bagaimanakah perkembangan sosial ekonomi budaya masyarakat Banyubiru tahun 1990-2006

0 comments:

Post a Comment