Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Monday, May 19, 2014

Faktor Resiko Penularan Penyakit Leptospirosis

A. penularan penyakit leptospirosis 

Penularan leptospirosis dapat secara langsung maupun tidak langsung.

a. Penularan langsung

- Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman leptospira masuk kedalam tubuh

- Dari hewan ke manusia merupakan penyakit akibat pekerjaan. Terjadi pada orang yang merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan misalnya pekerja pemotong hewan atau seseorang yang tertular dari hewan peliharaan

- Dari manusia ke manusia meskipun jarang. Dapat terjadi melalui hubungan sexual pada masa konvalensi atau dari ibu penderita leptospirosis ke janin melalui sawar plasenta dan air susu ibu



b. Penularan tidak langsung

Terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan.



B. Faktor Resiko

Faktor – faktor resiko terinfeksi kuman leptospira bila kontak langsung / terpajan air dan rawa yang terkontaminasi.

1. Kontak dengan air yang terkontaminasi kuman leptospira / urin tikus, saat banjir

2. pekerjaan tukang perahu, rakit bambu pemulung

3. mencuci atau mandi di sungai/ danau

4. peternak, pemelihara hewan dan dokter hewan yang terpajan karena menangani ternak/ hewan, terutama saat memerah susu, menyentuh hewan mati, menolong hewan melahirkan atau kontak dengan bahan lain seperti plasenta, cairan amnion dan bila kontak dengan percikan infeksius saat hewan berkemih

5. tukang kebun/ pekerja di perkebunan

6. petani tanpa alas kaki di sawah

7. pekerja potong hewan, tukang daging yang terpajan saat memotong hewan

8. pembersih selokan

9. pekerja tambang

10. pemancing ikan,pekerja tambak udang/ ikan air tawar

11. tentara,pemburu dan pendaki gunung, bila mengarungi permukaan air atau rawa

12. anak-anak yang bermain di taman, genangan air hujan atau kubangan

13. tempat rekreasi di air tawar: berenang, arung jeram dan olah raga air lain, trilomba juang ( triathlon), memasuki gua, mendaki gunung.

14. petugas laboratorium yang sedang memeriksa spesimen kuman leptospira dan zoonosis lainnya

15. petugas kebersihan di rumah sakit dan paramedis dianggap mempunyai resiko tinggi terhadap penularan kuman leptospira.


Infeksi leptospirosis di indonesia umumnya dengan perantaraan tikus. Jenis rattus norvegicus ( tikus selokan), rattus diardii ( tikus rumah ), rattus exulans ( tikus kandang ) dan suncus marinus ( cecurut)


C. Patogenesis

Patogenesis leptospirosis belum dimengerti sepenuhnya. Kuman leptospira masuk kedalam tubuh pejamu melalui luka iris/ luka abrasi pada kulit, konjunctiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osophagus, bronchus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksi dan minum ait yang terkontaminasi.meski jarang dilaporkan penetrasi kuman leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir.

Infeksi melalui selaput lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam lambung yang mematikan kuman leptospira.

Kuman leptospira yang tidak virulen gagal bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1 atau 2 hari terinfeksi. Organisme virulen mengalami multiplikasi di darah dan jaringan dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan cerebrospinal pada hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.


Kuman leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil sehingga menimbulkan vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel.

Patogenesis kuman leptospira yang penting adalah perlekatannya pada permukaan sel dan toksisitas selular. Lypopolysaccharide (LPS) pada kuman leptospira mempunyai aktifitas endotoksin yang berbeda dengan endotoksin bakteri gram negatif.dan aktifitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit. Sehingga terjadi agregasi trombosit disertai dengan trombositopenia.

Kuman leptospira mempunyai fosfolipase yaitu suatu hemolisin yang mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membran sel lain yangmengandung fosfolipid.

Beberapa strain serovar ponama dan copenhageni mengaluarkan protein sitotoksin. In vivo, toksin ini mengakibatkan perubahan histopatologik berupa infiltrasi makrofag dan sel polimorfonuklear.

Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan hati. Didalam ginjal kuman leptospira bermigrasi ke interstisium, tubulus ginjal dan lumen tubulus.

Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia. Hipovolemia akibat dehidrasi dan perubahan permeabilitas kapiler salah satu penyebab gagal ginjal.

Iketerik disebabkan oleh kerusakan sel-sel hati yang ringan. Pelepasan bilrubin darah dari jaringan yang mengalami hemolisis intravaskuler, kolestasis intrahepatik sampai berkurang seksresi bilirubin.

Conjunctival suffision khususnya perikorneal terjadi karena dilatasipembuluh darah, kelainan ini sering dijumpai dan patogenesis pada stadium dini. Komplikasi lain berupa uvelitis, iritis dan iridosiklitis yang seing disertai kekeruhan vitreus dan lentikuler. Keberadaan kuman leptospira di aquaeous humor kadang menimbulkan uvelitis kronik berulang.

Kuman leptospira difagosit oleh sel-sel sistem retikulo endoteliel serta mekanisme pertahanan tubuh. Jumlah organisme semakin berkurang dengan meningkatnya kadar antibodi spesifik dalam darah. Kuman leptospira akan dieliminasi dari semua organ kecuali mata, tubulus peosksimal ginjal dan mungkin otak. Dimana kuman leptospira dapat menetap selama beberapa minggu atau bulan.





D. Gambaran Hispatologi

Gambaran patologi leptospirosis ditandai dengan terjadinya vaskulitis kerusakan endotel dan infiltrasi inflamasi yang terdiri dari sel monosit, sel plasma, histiosit dan netrofil.

Gambaran histologi leptospirosis yang mencolok yaitu kerusakan hati, ginjal jantung dan paru 
Kerusakan hati akibat nekrosis sentribular yang disertai proliferasi sel kupffer 

Sering ditemukan adanya disosiasi sel-sel hati, degenerasi sitoplasma, inti sel –sel parenkim mengecil dan infiltrasi mononukleus pada daerah portal 
Kerusakan ginjal lebih nyata dibandingkan dengan kerusakan hati yaitu edema dan perdarahan dimedula. Adanya gambaran nefritis intersisial yang berlanjut menjadi nekrosis tubulus pada kasus berat. Silinder protein , pigmen darah, eritrosit dan sisa sel tubulus dapat ditemukan di medula tubulus. 
Invasi otot rangka oleh kuman leptospira mengakibatkan timbulnya pembengkakan, vakuolisasi miofibril, nekrosis fokal, infiltrasi histiosit netrofil dan sel plasma misalnya pada otot gastroknemius 
Kerusakan pada jantung ditandai dengan ptekie di endokardium dan epicardium, serabut otot sembab, disertai vakuolisasi degenerasi dan infiltrasi sel radang. Pada beberapa kasus terjadi miokarditis toksik atau endokarditis akut. 
Kerusakan pada paru bervariasi dari inflamasi interstisial setempat disertai ekstravasasi hingga infiltrasi brokopneumonia 



E. Manifestasi Klinik 



Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 7-12 hari dengan rerata 10 hari, menurut keparahan penyakit leptospirosis dibagi menjadi ringan, sedang dan berat.

0 comments:

Post a Comment