Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Saturday, May 3, 2014

Jurnalistik Media Cetak

Jurnalistik Media Cetak (Jurnalistik Koran dan Jurnalistik Majalah)

Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif. Visual, menunjuk pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. Materi berita yang ingin kita sampaikan kepada pembaca memang merupakan hal sangat penting. Namun, bila berita tersebut tidak ditempatkan dengan baik, dampaknya akan kurang berarti. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh bagian desain visual, tata letak, atau perwajahan.
Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat melainkan juga harus menarik. Membangkitkan minat dan selera baca (surat kabar, majalah) selera dengar (radio siaran), dan selera menonton (televisi). Inilah antara lain yang membedakan karya jurnalistik dengan karya lainnya seperti karya ilmiah. Karya jurnalistik harus benar dan dikemas dalam bahasa dan penyajian yang menarik. Karya ilmiah, biasanya hanya benar tetapi kurang menarik.

Kehidupan media cetak ditentukan oleh “kondisi dimana ia hidup”, yakni: ”sistem politik, sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan.” Jadi setiap perubahan sistem politik, sistem pers juga akan berubah sesuai yang dikehendaki kekuasaan. Selain mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi atau petang, sebagai harian, mingguan, atau bulanan, dan sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan Koran pun ikut mengadakan perubahan. Misalnya kompas, di pertengahan 2005 mengadakan perubahan ukuran, kolom, gambar, foto, serta tata letak dan tata wajah, juga dalam bahasa penyajian dan gaya pelaporannya.
Begitu pula dengan tampilan majalah. Sejak reformasi bergulir di Indonesia, banyak majalah bermunculan. Mereka mengejar kebutuhan masyarakat akan berbagai informasi, dari yang ringan sampai yang berat. Di berbagai majalah berita, misalnya, para wartawannya bukan sekedar melaporkan peristiwa publik tapi juga mengejar berbagai informasi yang tersembunyi. Para wartawan dikirim meliput ke berbagai institusi publik, perusahaan komersial, atau pemerintahan.

Surat Kabar

Menurut Dame Rebecca West, “setiap masyarakat membutuhkan berita seperti orang membutuhkan mata. Ia ingin tahu apa segala sesuatu yang terjadi.” Tapi, berita tidak selamanya berarti seperti itu. Menurut William Randolph Hearst, berita adalah seseorang yang ingin menyetop sesuatu yang hendak dicetak. Karena, iklan lebih perlu. Dua hal itu menyertai perkembangan dunia persuratkabaran modern. Sejalan dengan daya rengkuhnya terhadap jutaan pembaca di berbagai belahan dunia, serta persaingannya dengan radio dan televisi. Teknologi elektronik, yang memasok televisi ikut mendorong perkembangan proses percetakan surat kabar. Kehadiran televisi membuat pemunculan Koran-koran yang dibagikan secara gratis. Iklan telah menutup biaya produksi cetak.

Waktu terbitnya pun bervariasi: ada surat kabar harian, mingguan, surat kabar pagi atau sore. Juga target distribusinya, ada yang hendak menjangkau beberapa ratus penduduk sebuah kota kecil, ada yang hendak memasok seluruh rakyat di sebuah Negara atau bangsa, bahkan untuk seluruh orang di dunia sebagai “pasar” internasional. Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena kesegeraannya, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman liputan yang menyangkut berbagai topik, isu, dan peristiwa. Walau demikian, fungsi surat kabar bukan sekedar pelapor kisah-kisan human interest, dari berbagai peristiwa atau kejadian orang seorang.
Pada abad ke-19, surat kabar independen pertama memberikan kontribusi signifikan bagi penyebaran keaksaraan (kemelek hurufan) dan berbagai konsep hak asasi manusia dan kebebasan demokratis. Asumsinya ialah setiap orag memiliki hak untuk mengetahui segala pernak-pernik kejadian. Karena, dari bekal informasi itulah, setiap orang dapat turut berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat.

Perkembangan surat kabar, menurut ENCYCLOPEDIA BRITANNICA ada tiga fase, yaitu:
•Fase pertama, fase para pelopor yang mengawali penerbitan surat kabar yang muncul secara sporadis, dan secara gradual kemudian menjadi penerbitan yang regular yang teratur waktu terbit dan materi pemberitaan serta khalayak pembacanya.
•Fase kedua, pertumbuhan kemapanan jurnal-jurnal reguler yang masih rentan terhadap berbagai tekanan masyarakat. Sistem otokrasi yang masih menguasai masyarakat membuat surat kabar kerap ditekan kebebasan menyampaikan laporan pemberitaannya.
•Fase ketiga, ialah masa penyensoran telah tiada namun berganti dengan berbagai bentukan pengendalian.

Newsletter

Newsletters (laporan berkala) merupakan laporan-laporan yang bersifat umum tapi tidak selalu tetap isinya. Mereka menawarkan variasi personal journalism dan jarang memuat iklan. Menurut ENCYCLOPEDIA BRITANNICA, pionir newsletter modern adalah corantos, kumpulan-kumpulan halaman berbagai item berita yang dikutip dari berbagai jurnal asing. Awalnya beredar di Belanda pada permulaan abad 17, dan terjemahan inggris dan prancisnya diterbitkan di Amsterdam. Boston Newsletter juga merupakan Koran pertama Amerika muncul di tahun 1704.

Roger W. Babson, bisa dianggap diantaranya orang yang memperkenalkan newsletter. Dalam perkembangannya, sirkulasi newsletter punya banyak variasi, dari lembaran Cuma-Cuma kelompok voluntaris dalam jumlah yang kecil sampai jumlah ratusan ribu langganan berkala The Kiplinger Washington Letter, yang dibuat oleh Willard M.Kiplinger sejak tahun 1923.
Perkembangan newsletter dipengaruhi oleh mesin ketik, kecepatan dan usaha mesin cetak serta kamera dan seni di abad ke-20, kiriman pos secara langsung dan khusus turut mempengaruhi. Komputer dan pengiriman elektronik mempercepat jumlah dan waktu sebarnya.

Majalah

Perkembangan majalah memiliki beberapa tahapan, seiring perjalanan peradaban manusia mengembangkan media sebagai sarana informasi. Perkembangan majalah menurut ENCYCLOPEDIA BRITANNICA:
Abad ke-17, majalah yang kita kenal saat ini baru ada setelah ditemukannya mesin cetak di Barat. Majalah paling awal Erbauliche Monaths- Unterredungen (1663-1668) diterbitkan oleh Johann Rist, seorang teolog dan penyair dari Hamburg. Bentukan iklan buku dikenalkan tahun 1650, berupa feature yang muncul secara reguler dan kadang diberi ulasan. Jenis majalah yang ringan isinya, atau berkala hiburan terbit pada tahun 1672, yaitu Le Mercure Galant (Mercure de France).

Abad ke-18: Inggris, perkembagan di Inggris, ditandai dengan keadaan masyarakat yang telah meningkat kemampuan “melek huruf”-nya, khususnya di kalangan perempuan ditambah menggejalanya kesadaran masyarakat akan hal-hal baru. Yang lebih khusus lagi kemapanan penerbitan majalah dipengaruhi oleh tiga essay periodicals (esai-esai berkala), yang ditulis Daniel Defoe’s The Review, Sir Richard Steele’s The Tatler, yang sama-sama terbit seminggu tiga kali, dan The Spectator yang ditulis oleh Joseph Addison, dan Addison dan Steele’s.

Abad ke-19: Awal pendistribusian massal, di awal terbitannya, berbagai majalah di desain hanya untuk kalangan terbatas. Penerbitnya lebih suka disebut pengelola “quality” magazines. Sejak tahun 1830-an, bermunculan majalah-majalah berharga murah, yang ditujukan kepada publik yang lebih luas. Di AS, penerbitan majalah terjadi setelah ekspansi besar-besaran pasca perang sipil, selain di Amerika dan Inggris industri penerbitan majalah juga berkembang di Australia.

Abad ke-20: Iklan, majalah berita, iklan pada awalnya, ditentang di berbagai majalah. Alasannya menjaga nilai-nilai sastrawi (kesusastraan). Akan tetapi, dewasa ini, iklan sudah menjadi tenaga industri media. Penerbitan majalah, sebagian besarnya termasuk medium yang didorong oleh iklan. Perkembangan kehidupan yang memola waktu masyarakat semakin cepat, serta teknologi cetak yang telah mengirimkan limpahan informasi telah mendorong tumbuhnya penerbitan majalah yang ringkas, padat, dan pendek sajian-sajiannya.

0 comments:

Post a Comment