Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Saturday, September 28, 2013

TINJAUAN TENTANG OBAT-OBATAN DALAM PENERBANGAN

Dalam kaitannya dengan penerbangan dapat dibedakan penggunaan obat untuk penerbang dan awak pesawat lainnya dan penggunaan obat untuk para penumpang pesawat. Penggunaan obat baik obat bebas ataupun obat yang harus dengan obat dokter penggunaannya harus sepengetahuan dokter penerbangan. Saat ini banyak sekali iklan-iklan obat bebas yang mengatakan bahwa produknya bebas efek samping, tidak menimbulkan ngantuk dan hal-hal lain yang dapat merangsang awak pesawat untuk melakukan self medication, hal ini tidak boleh terjadi sehingga diperlukan suatu komunikasi yang dilandasi keterbukaan dan kerjasama antara awak pesawat dengan dokter penerbangan. Penggunaaan obat-obatan oleh awak pesawat perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 


1. Obat yang diperlukan untuk kesehatan atas dasar pemeriksaan teliti dari dokter penerbasngan misalnya antibiotik. 



2. Obat yang digunakan baik efek utama, efek samping dan efek toksiknya tidak mempengaruhi stamina penerbang bagi tugasnya yang menjamin keamanan penerbanangan. 



3. Adanya pertimbangan teliti mengenai tenggang waktu sejak penggunaan obat yang diperlukan hingga waktu menjalankan tugasnya, dalam hal ini perlu diperhatikan obat-obat dengan efek tertunda. 



4. Bagi obat-obat baru secara umum pertimbangan penggunaannya harus ditunggu minimal satu tahun untuk kejelasan pengaruhnya terhadap penerbanangan. 


5. Penggunaan obat bagi penerbang dikelompokkan dalam penggunaan sebelum bertugas dan penggunaan hanya selama tidak bertugas. 



Beberapa tujuan khusus penggunaan obat dalam penerbangan antara lain : 


1. Obat-obat yang meningkatkan toleransi terhadap hipoksia, obat ini bekerja dengan 

Cara meningkatkan PO2 alveoli paru, obat-obat yang menurunkan kebutuhan O2, 

Dan meningkatkan frekwensi pernapasan. Obat-obat kelompok ini contohnya : glukosa, obat ini paling aman dan murah, cara pemberiannya cukup dengan makan sebelum terbang. Obat lain adalah ammonium klorida yang pada dosis 10-20 g selama 3 hari akan meningkatkan kejenuhan O2 arteri 10 % pada ketinggian 18.000 kaki, tetapi obat ini mempunyai efek samping mengiritasi lambung. Obat-obat analeptika seperti amfetamin dan kofein meskipun akan meningkatkan ketrampilam psikomotor namun tidak dianjurkan karena akan menurunkan kemampuan dalam pengambilan keputusan. 



2. Obat-obat yang menurunkan toleransi hipoksia misalnya sulfonamid yang dapat menimbulkan anemia atau methhaemoglobinemia atau reaksi sensitivitas sehingga akan menurunkan toleransi terhadap hipoksia. Sulfathiazol dan sulfadiazin akan mempengaruhi persepsi kedalaman. 



3. Obat mabuk perjalanan (khusus untuk penumpang) obat-obat ini misalnya obat yang bekerja sebagai perintang acetilkolin contohnya skopolamin. Bahkan saat ini tersedia sediaan skopolamin trasdermal yang mengandung 1,5 mg, yang digunakan dengan cara ditempelkan dibelakang telinga 6 jam sebelum terbang dan efektif bekeja selama 72 jam dan aman digunakan untuk penerbang. Obat yang lain dapat digunakan untuk penumpang bekerja dengan cara perintang dopamn misalnya metoklopramid, butirofenon, fenothiazin, donperidon, dimenhidrinat. Obat-obat ini karena efek sampingnya tidak dianjurkan untuk awak-awak pesawat yang akan menjalankan tugas. 



4. obat untuk mengatasi jet lag misalnya melatonin 1-3 mg sebelum tidur. 



5. Obat-obat untuk mengatasi kelelahan. Dektroamphetamin dapat menangguhkan tidur selama beberapa jam namun hal ini tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan efek samping yang merugikan. Kelelahan yang paling baik diatasi dengan cara meningkatkan kebugaran, atau apabila belum cukup perlu ditinjau jadwal penerbangan yang mungkin terlalu padat. 



6. Obat-obat untuk mengatasi kecemasan. Isu terorisme yang akhir-akhir ini menjadi isu global bukan hanya menimbulkan kecemasan dikalangan penumpang tetapi juga dikalangan awak pesawat. Gejala fear of flying juga lazim terjadi dikalangan para penerbang. Penggunaan obat-obat anti kecemasan hanya boleh untuk penumpang, seluruh awak pesawat tidak boleh menggunakan obat tersebut selama bertugas. 

0 comments:

Post a Comment