Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Saturday, October 12, 2013

Naming dan Reframing

Langkah utama untuk membangun dan membatasi makna atas realitas sosial adalah dengan cara menggunakan bahasa atas apa yang dilihat. Ini disebut dengan proses “naming and reframing". Proses ini melibatkan pembagian konsep, adaptasi, pengetahuan, dan pengalaman empiris. Karena itu, penamaan dan reframing membawa dua implikasi besar dalam membangun asumsi. Pertama, mengubah referensi perilaku seseorang secara biologis. Kedua, mengubah konteks, dari teori medis dan bahasa yang abstrak (asing) menjadi teori dan bahasa yang familier digunakan sehari-hari. Model ini pada akhirnya dapat memberikan pengetahuan yang penting. Zola (1991) berpendapat, mengetahui nama (tentang sesuatu saja) tidak cukup, kecuali jika ia digabungkan dengan perhatian, dan realisasi, maka akan memberikan konotasi terhadap berbagai aspek lain. 

Dalam bagian selanjutnya, akan dibahas tentang bahasa dan proses ”naming dan reframing” untuk membangun makna sosial serta alternatif dari model perawatan medis di "dunia yang berbeda" dari Unit Starrmount Alzheimer's. Pertama, apa yang dilihat sebagai "batas antara bahasa dan lainnya" (yakni, bahasa yang timbul dari model medis dan counter bahasa yang digunakan oleh warga masyarakat dan staf). Kedua, tingkat (penguasaan) teori. Suatu gambaran umum dan kerangka penggambaran yang digunakan akan mempengaruhi penyembuhan penyakit, pemberian perawatan, dan pelaksanaan tugas oleh suatu unit. 



Bahasa Terbuka dan Tertutup 

Kata-kata yang benar-benar mengukir dunia dari satu bagian yang terpola dan bergerak secara ketat melepaskan mereka secara hati-hati, namun hal itu berlangsung laksana nafas berhembus keluar masuk. Kata-kata secara substansial mampu memberikan kekuatan hidup secara mendetail. Salah satu aspek yang paling mengesankan di dunia ini yang berbeda adalah bagaimana membentuk bahasa yang mengemukakan sesuatu secara total. Pada suatu bagian seorang staf menggunakan bahasa sendiri, tetapi ternyata hal itu tidak memberikan kontribusi bagi pasien untuk membangun realitas atas "dunianya sendiri". Mead (1934, hal 78) berbicara mengenai bahasa sebagai mekanisme kreatif dalam mencipta sesuatu.
Bahasa bukan hanya simbol sederhana atas situasi atau objek yang ada, tetapi lebih dari itu juga dapat munculkan situasi atau objek tertentu, karena dengan cara itulah situasi atau objek terbentuk. 

Bahasa menjadi kekuatan membentuk objek, demikian yang terjadi dalam proses Certified Nursing Assisteant’ dalam memberikan perawatan medis dan konstruksi lokal atas suatu penyakit di Alzheimer. Kerangka menyerap suatu nama terjadi dalam setiap aspek kehidupan bagi para staf. Baik menyangkut seluruh penduduk, organisasi bagian, ataupun terhadap penyakit umum lainnya. Para staf memberikan makna atas istilah dan konsep yang ada, serta memunculkan istilah-istilah baru. Mereka menggunakan dan memberikan makna atas suatu kata berdasar pada pengalaman mereka berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam sebuah unit kerja. Pada aspek ini mereka juga menggambarkan dunia mereka sendiri. 

Bahasa yang digunakan di dunia sosial berbeda dengan bahasa-bahasa medis yang sering digunakan ketika berinteraksi dengan para pasien. Dalam aspek medis mereka sering menggunakan kata atau "bahasa yang tertutup", yakni bahasa yang khusus digunakan secara personal dalam bidang medis saja. Sementara dalam konteks sosial yang luas para staf medis menggunakan "bahasa terbuka," untuk mebicarakan masalah pribadi, dunia, bahkan masalah honor. Dengan demikian bahasa mengalami pembatasan sesuai dengan situasi dan kondisi. 

Untuk menguji suatu bahasa, pengetahuan dan penggunaannya menjadi hal yang penting karena menyangkut proses pemberian nama (makna) dan juga kerangka (pikir). Dalam bukunya, ’Language Sosiologi’ (1975, hal. 50-51), Luckmann mendiskusikan masalah fungsi sosial dari suatu bahasa. Hal ini mengingatkan kita pada kemampuan bahasa yang dapat menembus berbagai aspek. 

Bahasa menjadi perantara antara kenyataan dengan individu. Ini memungkinkan seseorang untuk menemukan sesuatu. Bahasa adalah bagian dari sistem pemaknaan. Yang lebih penting lagi, bahasa merupakan media masyarakat untuk (menyampaikan dan mengembangkan) pengetahuan. Pada kenyataannya bahasa tidak saja mampu membentuk system tetapi juga membentuk dasar pengetahuan dan tindakan. 

Bahasa memberikan makna atas budaya lokal dan memberikan dua hal penting, pertama, bagian dari hazanah pengetahuan menyangkut fenomena, emosi (rasa), perilaku serta aktivitas sosial. Kedua, merumuskan konsep medis yang penting.

0 comments:

Post a Comment