Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Tuesday, April 1, 2014

HUBUNGAN PAHAMAN DAN EKSTENSI

Sebagaimana telah kami terangkan dalam bab-bab terdahulu, bahwasanya wujud dalam akal merupakan pahaman dari wujud luar akal, sudah tentu keduanya mempunyai efek yang berbeda. Seperti api, di luar akal ia mempunyai efek membakar, menyinari dan lain sebagainya. Akan tetapi di dalam akal, ia – api – tidak mempunyai efek tersebut, bahkan mempunyai efek lain, misalnya menakutkan. Wujud dalam akal itulah yang disebut pahaman, sedang wujud luar disebut ekstensi.

Dengan demikian kita dapat mendefinisikan – walaupun bukan dengan definisi hakiki, lihat definisi ilmu dan bab definisi – bahwa pahaman (mafhum) adalah “Gambar sesuatu dalam akal yang diambil dari Hakekat (wujud) sesuatu di luar akal”. Misalnya Ahmad, manis, panas, suara ibu, harumnya bunga dan lain-lain.

Sedangkan ekstensi (mishdaq) sebagai “Hakikat (wujud) sesuatu yang kepadanya pahaman bisa diterapkan” atau “Hakekat (wujud) sesuatu yang darinya diambil suatu pahaman”. Misalnya Ahmad, manis, panas, suara ibu, harumnya bungan dan lain-lain.
Hubungan Pahaman dan Ekstensi

Adalah kecocokan pahaman itu sendiri dengan ekstensinya. Misalnya manusia, sebagai pahaman, berarti binatang rasional. Sedang hakekat (wujud) sesuatu yang kepadanya bisa diterapkan pengertian (pahaman) manusia atau binatang rasional, merupakan ekstensinya. Misalnya Ahmad, Ali, Ja’far, dsb.
Perhatian!

Istilah pahaman dan ekstensi di atas banyak dipakai dalam peristilahan logika dan filsafat. Namun, ada istilah lain yang jarang digunakan. Istilah tersebut adalah ekstensi yang bermakna umum “Sesuatu yang darinya diambil pahaman”. Istilah ini tidak hanya mencakup wujud luar, tetapi juga wujud dalam, seperti ilmu panca indera (hissi) dan pengertian tahap pertama. Sebab, pengertian tahap pertama diambil dari ilmu panca indera, sedang pengertian tahap kedua diambil dari pengetahuan tahap pertama.


Pembagian pahaman

Pahaman dilihat dari segi ekstensinya dibagi menjadi dua. Sebab, pahaman terkadang mempunyai satu ekstensi saja sedang yang lain tidak. Denga demikian pahaman dibagi menjadi dua, partikulir dan universal.

1. Pahaman Partikulir (Juzi)

Pahaman partikulir adalah “Suatu pahaman yang mempunyai satu ekstensi”. Seperti pahaman Ahmad, Jakarta, Indonesia, buku ini dan lain-lain.

Pahaman partikulir dibagi menjadi dua, Hakiki dan hubungan.

1. Partikulir hakiki

Adalah yang sesuai dengan definisi di atas. Seperti pahaman Ahmad dan lain-lain.

2. Partikulir hubungan (Idhafi)

Adalah suatu pahaman yang dihubungkan dengan pahaman yang lebih luas. Misalnya Ahmad, dihubungkan dengan manusia dan lain-lain.
Perhatian!

Partikulir Hubungan ini kadangkala partikulir hakiki, seperti Ahmad – apabila kita memandang secara mandiri, maka ia adalah pahaman partikulir hakiki. Tetapi kalau kita lihat Ahmad, kemudian kita hubungkan dengan pahaman yang lebih luas misalnya manusia, maka ia menjadi pahaman partikulir hubungan. Dan kadangkala partikulir hubungan berupa pahaman universal, misalnya manusia. Pada hakekatnya manusia adalah pahaman universal, karena ia mempunyai ekstensi lebih dari satu, seperti Ahmad, Ali dan yang lain. Akan tetapi karena kita menghubungkan dengan pahaman yang lebih luas, misalnya binatang, maka ia menjadi partikulir hubungan. Begitu juga kalau kita menghubungkan binatang dengan benda hidup, benda hidup dengan benda, dst, maka pahaman-pahaman universal tersebut menjadi pahaman partikulir hubungan.

2. Pahaman Universal

Pahaman universal adalah “Suatu pahaman yang mempunyai banyak – lebih dari satu – ekstensi”. Misalnya manusia, binatang, buku, rumah, sekutu Tuhan, Tuhan, dll.
Perhatian!

Pahaman universal ini tidak harus mempunyai ekstensi yang nyata, yakni, boleh jadi hanya di alam misal. Sebab, kadangkala akal memahami suatu pahaman universal tanpa mengambil dari ekstensi-ekstensi yang nyata – ada. Bahkan akal hanya mentakdirkan atau memisalkan saja, dalam akal pikiran, ekstensi-ekstensi yang banyak yang bisa diterapkan kepada ekstensi-ekstensi tersebut pahaman universal yang dipahaminya. Misalnya, sekutu Tuhan, perkumpulan (pertemuan) antara dua hal yang bertentangan dsb.

Pahaman universal kadangkala juga hanya mempunyai satu ekstensi pada hakekatnya, namun akal memahaminya sebagai pahaman universal. Dalam hal ini akal tidak melakukan kesalahan, dan pahaman universal itupun tidak rusak. Misalnya pahaman tentang Tuhan atau pencipta. Tuhan atau Pencipta mempunyai pengertian universal , yaitu sesuatu yang menciptakan – alam ini. Apapun bentuknya dan berapapun jumlahnya. Maka dari itu untuk mengatakan bahwa Tuhan itu satu memerlukan argument. Dan seandainya tidak memerlukan argument maka tidak akan ada orang yang mengatakan bahwa Tuhan itu dua, tiga dst, sebagaimana yang kita dengar dari pengakuan-pengakuan mereka itu.

Pahaman universal dibagi menjadi dua bagian, Universal sama dan Universal beda.

1. Universal sama (mutasawi, mutawathi)

Adalah pahaman universal yang ekstensi-ekstensinya, satu sama lain, sama. Misalnya, manusia.

2. Universal beda (tafawut, musyakkik)

Adalah pahaman universal yang ekstensi-ekstensinya, satu sama lain, berbeda. Misalnya benda putih, wijud, dll.

Benda putih bisa diterapkan pada awan, air, kapur, salju, dll yang diantara mereka terdapat perbedaan, yaitu dari segi putihnya, yang satu lebih kuat dari yang lain, dan yang lain lebih lemah. Berbeda dengan manusia, yang tidak bisa salah satu ekstensinya dikatakan lebih baik, kuat, lemah, kemanusiaannya atau kebinatangan- rasionalnya. Dan kalau terdapat perbedaan, maka perbedaan tersebut terdapat di luar kemanusiaannya. Semacam tinggi-rendahnya, pandai-tidaknya, dll.


EMPAT PERHUBUNGAN


Kalau dua pahaman universal yang saling berbeda makna dihubungkan maka akan menghasilkan apa yang disebut sebagai “Empat Perhubungan”. Artinya, hasil perhubungan tersebut tidak akan keluar dari empat macam bentuk.

Maksud dari menghubungkan di sini adalah kita melihat kedua pahaman yang dihubungkan, dalam ekstensi masing-masing. Adakah keduanya saling bertemu atau tidak. Kalau bertemu, adakah bertemu dalam seluruh ekstensi keduanya atau sebagian. Dan kalau pada sebagian, adakah yang satu lebih luas dari yang lain atau sama-sama mempunyai keluasan dalam satu segi tersendiri. Dengan demikian hubungan tersebut menjadi empat macam: Bertemu pada seluruh ekstensi, bertemu pada sebagian ekstensi dan yang satu berpisah dari yang kedua pada ekstensi yang lain, bertemu pada sebagian ekstensi dan keduanya saling berpisah pada ekstensi yang lain yang saling mengkhususkan keduanya atau keduanya tidak saling bertemu.
1. Hubungan Sama (Tasawi, Equivqlence)



Hubungan sama adalah “Dua pahaman universal yang berbeda makna, yang saling bertemu pada semua ekstensi keduanya”. Misalnya manusia dan rasional. Makna keduanya berbeda, sebab manusia adalah bunatang rasional dan berupa golongan (spesies, nau”), sedang rasional adalah bagian essensi manusia dan berupa differentia (pembeda) manusia. Akan tetapi keduanya saling bertemu pada ekstensi masing-masing. Maka dari itu dapat kita katakan sebagai berikut:

1. Semua manusia, rasional.

2. Semua rasional, manusia.

Kalau kita ganti manusia dengan huruf A, dan rasional dengan huruf B, sedang sama kita ganti dengan tanda =, maka hubungan di atas akan menghasilkan A=B dan B=A.
2. Hubungan Umum dan Khusus Mutlak



Hubungan umum dan khusus mutlak adalah “Dua pahaman universal yang berbeda makna, yang satu mencakup pahaman lainnya pada ekstensi keduanya, dan tidak sebaliknya”. Misalnya binatang dan manusia. Ekstensi binatang mencakup manusia dan bukan manusia – dari benda berkembang yang perasa (binatang). Sebab pahaman binatang adalah “Benda berkembang yang perasa dan bergerak dengan kehendak”. Sedang pahaman manusia hanya mempunyai ekstensi yang berupa binatang rasional (tidak seluruh binatang). Jadi kita dapat mengatakannya sebagai berikut:

1. Sebagian binatang adalah manusia, sebagian binatang adalah bukan manusia.

2. Setiap manusia adalah binatang.



Kalau kita ganti binatang dengan huruf A, dan manusia dengan huruf B, sedang lebih luas (umum) dan khusus kita ganti dengan tanda >, <, maka hubungan di atas menjadi A>B atau B<A.
3. Hubungan Umum dan Khusus Dari Satu Segi


Hubungan umum dan khusus dari satu segi adalah “Dua pahaman universal yang berbeda makna, yang saling bertemu dan berpisah pada sebagian ekstensi keduanya”. Misalnya putih dan burung. Ekstensi putih terkadang bertemu dengan ekstensi burung, yaitu pada burung putih, tapi terkadang berpisah, yaitu pada putih yang bukan burung. Begitu juga halnya dengan burung, yaitu bertemu dengan putih pada burung putih dan berpisah dengannya pada burung yang tidak putih. Inilah yang dimaksud dengan umum dan khusus dari satu segi. Artinya dari satu segi – misalnya dari segi putih – nampak yang satu (putih) lebih luas dari yang lain (burung). Dengan uraian di atas dapatlah kita mengatakan sebagai berikut:

1. Sebagian putih, burung.

2. Sebagian putih, bukan burung.

3. Sebagian burung, putih.

4. Sebagian burung, bukan putih.


Kalau putih kita ganti dengan huruf A dan burung dengan huruf B, sedang bertemu (lebih khusus) dan berpisah (lebih umum) pada sebagian kita ganti dengan lambing (x), maka umum dan khusus dari satu segi menjadi A x B.
4 Hubungan Perbedaan


Hubungan perbedaan adalah “dua pahaman universal yang berbeda makna, yang saling tidak bertemu pada ekstensi masing-masing”. Misalnya, manusia dan benda mati. Ekstensi manusia tidak pernah bertemu dengan ekstensi benda mati, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian kita dapat mengatakan sebagai berikut:

1. Semua manusia, bukan benda mati.

2. Semua benda mati, bukan manusia.


Kalau manusia kita ganti dengan huruf A dan benda mati dengan huruf B, sedang ketidakbertemuannya kita ganti dengan lambang garis sejajar yang menunjukkan dua garis tidak pernah bertemu, maka hubungan di atas menjadi A // B.

0 comments:

Post a Comment