Menentukan
Permintaan
Langkah kedua, perusahaan menentukan permintaan yang
akan memperlihatkan jumlah produk yang akan dibeli di
pasar dalam periode tertentu, pada berbagai tingkat harga. Makin
inelastic permintaan, makin mampu perusahaan menaik-turunkan harganya.
Menentukan permintaan dimulai dengan menentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga. Menurut Nagle faktor yang
membuat pembeli kurang peka tehadap harga antara lain produk bersifat khusus,
pembeli kurang sadar tehadap produk pengganti, pembeli tidak mudah membandingkan
dengan kualitas produk pengganti, yang dibelanjakan kecil dibanding pendapatan
totalnya, yang dibelanjakan kecil dibanding biaya total produk akhirnya,
sebagian biaya ditanggung pihak lain, produk digunakan bersama dengan aktiva
yang dibeli sebelumnya, produk dianggap memiliki kualitas, prestis atau
eksklusif dan pembeli tidak dapat menyimpan produk tersebut.
Setelah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepekaan harga, perusahaan berusaha mengukur kurva permintaan dengan berbagai
metode. Metode pertama melibatkan analisis statistik atas data harga masa lalu,
jumlah terjual dan faktor lain untuk menentukan hubungannya. Metode kedua
adalah melakukan eksperimen harga dengan mengubah harga berbagai produk yang
dijual di toko diskon dan mengamati hasilnya. Metode ketiga adalah meminta
pembeli untuk menyatakan berapa banyak unit yang akan mereka beli pada berbagai
harga yang diusulkan.
Selanjutnya perusahaan perlu untuk mengetahui elastisitas
permintaan terhadap perubahan harga. Jika permintaan hampir tidak berubah
dengan adanya perubahan kecil terhadap harga, maka permintaan itu disebut inelastis, tetapi jika permintaan itu
berubah banyak maka permintaan itu disebut elastis.
Permintaan kurang elastis bila terdapat hanya sedikit atau bahkan tidak ada
barang pengganti atau pesaing, pembeli tidak segera menyadari harga tinggi
tersebut, pembeli lambat dalam mengubah kebiasaan membelinya dan mencari harga
yang lebih rendah, dan pembeli berpikir bahwa harga yang lebih tinggi itu
pantas karena peningkatan kualitas, inflasi secara normal dan lain sebagainya. Pertimbangan penurunan harga dilakukan jika permintaan
tersebut elastis.
2.1.3.
Memperkirakan Biaya
Langkah
ketiga ialah perusahaan memperkirakan perilaku biaya pada berbagai tingkat
produksi dan perilaku biaya dalam kurva pengalamannya. Biaya perusahaa
ada dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (overhead) adalah biaya yang tidak
bervariasi dengan produksi atau penjualan, misalnya gaji karyawan. Biaya
variabel merupakan biaya yang bervariasi langsung dengan tingkat produksi,
misalnya biaya bahan untuk produksi. Biaya total merupakan biaya tetap dan
biaya variabel untuk tingkat produksi. Sedangkan biaya rata-rata adalah biaya
per unit untuk tingkat produksi atau total biaya dibagi produksi.
Perusahaan
harus mengetahui bagaimana biaya bervariasi dengan berbagai tingkat produksi
agar dapat menetapkan harga yang tepat. Perusahaan Jepang sering menggunakan
metode yang disebut penetapan biaya sasaran (target costing) yaitu biaya ditentukan dari hasil riset pasar untuk
menentukan fungsi-fungsi yang diinginkan dari produk, kemudian menentukan harga
jual produk tersebut sesuai dengan daya tariknya dan harga pesaingnya.
Selanjutnya mengurangi margin laba dari harga ini, sehingga diperoleh biaya sasaran
yang harus dicapai dan menelitia biaya setiap unsur, misalnya desain, rekayasa,
produksi, penjualan dan lainnya serta memecahkan dalam unsur yang lebih kecil,
merekayasa ulang komponen, menghilangkan beberapa fungsi, menurunkan biaya
pemasok agar proyeksi biaya akhir sesuai dengan kisaran biaya sasaran.
2.1.4.
Menganalisis Biaya, Harga dan Penawaran Pesaing
Perusahaan dapat
menggunakan analisis biaya, permintaan pasar, biaya pesaing, harga pesaing dan
kemungkinan reaksi pesaing sebagai dasar penetapan harga. Perusahaan
juga perlu untuk membandingkan biayanya dengan biaya pesaing, apakah biaya
produksinya lebih rendah atau lebih tinggi dan juga harga dan kualitas
penawaran pesaing. Dengan mengetahui biaya, harga dan kualitas pesaing,
perusahaan dapat menggunakan sebagai titik orientasi untuk menetapkan harga.
Perusahaan
harus menetapkan harga dekat dengan harga pesaing, jika pesaing itu merupakan
pesaing utama. Jika kualitas kualitas penawaran lebih tinggi dari pesaing, maka
perusahaan dapat menetapkan harga lebih tinggi dari harga pesaing, tetapi jika
kualitas penawaran lebih rendah dari pesaing, maka perusahaan hendaknya
menetapkan harga lebih rendah dari pesaing. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan pesaing mengubah harganya sebagai tanggapan terhadap harga yang
ditetapkan perusahaan.
2.1.5. Memilih Metode Penetapan Harga
Kelima,
perusahaan memilih salah satu dari berbagai metode harga yaitu: markup pricing, target-return pricing, competitive
pricing, demand pricing, preceived value pricing dan value pricing.
Penetapan
harga markup (markup pricing)
merupakan metode dengan menambahkan markup standar pada biaya produksi.
Penetapan harga markup populer karena menetapkan biaya dan mengaitkan dengan
harga lebih mudah, harga menjadi serupa jika industri menetapkan harga dengan
metode ini dan merupakan penetapan harga yang lebih adil. Namun demikian metode
ini tidak akan menghasilkan penetapan harga yang optimal, karena mengabaikan
permintaan.
Penetapan
harga berdasarkan nilai (value pricing)
merupakan penetapan harga berdasarkan manfaat dan harga produk. Semakin tinggi
manfaat produk dan semakin rendah harganya maka semakin tinggi nilai produk
tersebut. Manfaat dapat berupa kualitas, kehandalan, prestis, keistimewaan,
garansi, merek, pilihan, pelayanan dan sebagainya.
2.1.6. Memilih Harga Akhir
Langkah terakhir dalam
prosedur penetapan harga jual adalah menentukan harga akhir, yang harus
mencerminkan cara-cara psikologis yang paling efektif,
harus reaksi-reaksi yang mungkin timbul
dari distributor, dialer, tenaga penjualan perusahaan, pesaing,
pedagang dan pemerintah.
Perusahaan
harus mempertimbangkan psikologi harga, disamping faktor lainnya, terutama
faktor ekonomi. Faktor ego sangat efektif digunakan untuk menetapkan harga, misalnya
untuk harga mobil mewah dan parfum mahal yang menggambarkan citra dari produk
tersebut
2.1.7. Menyesuaikan Harga
Perusahaan sering
menerapkan strategi modifikasi terhadap harga dasarnya.
Modifikasi pertama adalah harga per wilayah geografis,
yang muncul karena masalah bagaimana menetapkan harga bagi
pelanggan yang letaknya jauh dari perusahaan penjual. Alternatif-alternatif
yang ada pada modifikasi geografis ini, mencakup harga FOB, harga seragam harga
per wilayah, harga bertitik patokan, dan harga termasuk angkutan.
Modifikasi kedua adalah potongan
harga dan imbalan khusus mencakup potongan tunai, potongan jumlah,
potongan fungsional, potongan musiman dan apa yang disebut
dengan imbalan khusus (allowances).
Potongan tunai merupakan pengurangan harga apabila membayar secara tunai
atau membayar tagihannya sebelum jatuh tempo. Potongan jumlah merupakan
pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah besar. Potongan
fungsional merupakan potongan yang diberikan kepada anggota saluran perdagangan
yang melakukan fungsi tertentu, misalnya fungsi penjualan, penyimpanan dan
melakukan pencatatan. Potongan musiman adalah pengurangan harga untuk pembeli
yang membeli tidak pada musimnya. Sedangkan imbalan khusus adalah pengurangan harga
dari daftar harga, yang terdiri dari potongan tukar tambah dan potongan promosi
Modifikasi ketiga berupa harga
promosi yang meliputi harga "tumbal", harga kejadian khusus,
rabat tunai, pembiayaan berbunga rendah, bentuk pembayaran lebih lama, garansi
dan kontrak jasa serta potongan psikologis.
Modifikasi keempat adalah harga
diskriminatif, yaitu penetapan harga yang berbeda bagi pelanggan
yang bermacam-macam bentuk produk yang berbeda, tempat yang
berbeda dan waktu yang berbeda.
Modifikasi kelima berupa menetapkan
harga pada pembaruan produk asli yang dilindungi oleh hak paten untuk "market skimming" atau untuk
penerobosan pasar; penetapan harga jual terhadap produk tiruan dengan
mengambil salah satu dari sembilan strategi harga mutu.
Modifikasi terakhir terjadi
pada bauran produk yang mencakup penetapan harga lini produk, produk
oposional dan produk yang saling menarik, serta produk sampingan.
Bila
perusahaan sedang mempertimbangkan untuk memprakarsai suatu perubahan harga,
maka ia sebaiknya dengan hati-hati memperhitungkan reaksi pelanggan dan
pesaing. Reaksi pelanggan sangat dipengaruhi oleh penafsiran
pelanggan atas perubahan harga itu sendiri. Sedangkan reaksi
pesaing mengalir dari seperangkat kebijakan pesaing tentang
bagaimana semestinya bereaksi atau dari tanggapan spontan pada setiap situasi.
Selain itu perusahaan yang memprakarsai perubahan harga hendaknya
juga mengantisipasikan kemungkinan reaksi dari pembekalan, pedagang perantara
dan pemerintah.
Perubahan yang menghadapi tindakan
perubahan harga jual yang dilakukan oleh pesaing harus mencoba memahami niat
pesaing serta kira-kira arah perubahan harga tadi. Apabila kecepatan
reaksi diperlukan, maka perusahaan sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu
segala strategi yang berbeda-beda bagi segala kemungkinan tindakan pesaing yang
berbeda-beda pula.
0 comments:
Post a Comment