Analisis
Perhitungan Performansi
Produksi di Bagian Base
Maintenance PT. GMF AeroAsia
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang perawatan pesawat komersial, PT.
GMF AeroAsia, salah satu anak perusahaan Garuda Indonesia Group, terus berusaha
memperbaiki kinerja produksinya dalam rangka pencapaian visi menjadi pemain
dominan di dunia dalam industri perawatan pesawat pada tahun 2018. GMF memiliki beberapa divisi perawatan antara
lain: Line maintenance, Ba se Maintenance,
Component Shop, dan Engine Shop. Penyumbang utama pendapatan GMF berasal
dari bagian “Base Maintenance” yang melakukan perawatan heavy maintenance check
pesawat, meliputi: C check (2000-5000
jam terbang), dan D check (overhaul).
Performansi produksi bagian Base Maintenance diukur dengan tingkat produktivitas yang dicapai dalam
setiap periode. Ukuran produktivitas secara sederhana diperoleh dari
perbandingan output yang dihasilkan dengan input yang dibutuhkan. Hasil
analisis performasi tersebut dapat digunakan sebagai pembanding dengan
perusahaan pesaing pada periode yang berbeda atau dengan perusahaan berbeda
pada periode waktu yang sama.
Analisis performansi yang dilakukan meliputi
utilisasi karyawan, pesawat, persediaan, fasilitas dan produksi. Selain itu
deviasi pekerjaan dan deviasi produksi berkontribusi terhadap performansi
produksi. Pada skala yang lebih besar, analisis performansi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SWOT (strength,
weaknesses, opportunity, treats).
Profil Perusahaan
Sejarah
Garuda Indonesia Airlines (GA) adalah
badan usaha milik negara yang didirikan pada tahun 1949. Pada awal
pendiriannya, GA memiliki misi menjadi salah satu ujung tombak media promosi
pariwisata nasional. Oleh karena itu, faktor ketepatan waktu, keandalan, dan
kenyamanan menjadi sangat penting dalam upaya pencapaian misi tersebut. Untuk
medukung ketercapaian factor-faktor keberhasilan tersebut, diantaranya GA mendirikan
secara resmi Garuda Maintenance
Facilities Support Center pada tahun 1984.
Pada
dasarnya fasilitas pemeliharan pesawat ini telah ada sejak awal pendirian GA
tahun 1949 dalam bentuk suatu divisi bernama divisi teknis, sebelum resmi
didirikan pada tahun 1984. Ide awal pembentukan fasilitas ini adalah sebagai
pendukung bisnis dalam hal pemeliharan pesawat terbang GA saat itu dan maskapai
penerbangan lain di kemudian hari. Bermula dari 400 pegawai Belanda yang bekerja
ketika itu, hingga kini fasilitas pemeliharan pesawat ini telah memiliki lebih
dari 2500 orang pekerja yang sebagian besar adalah anak negeri.
Krisis
di Indonesia, tepatnya di Irian Barat pada tahun 1958 antara pemerintah
Indonesia dan Belanda menyebabkan semua orang Belanda yang bekerja di GA saat
itu, harus kembali ke negara asalnya. Hal ini menyebabkan GA dan divisi
teknisnya kehilangan sumber daya manusia khususnya insinyur dan mekanik yang
kompeten. Akan tetapi, GA menyikapi permasalahan ini sebagai kesempatan untuk
menasionalisasi GA. Masalah kekurangan sumber daya manusia ini pun sedikit demi
sedikit dapat teratasi dengan keberhasilan Akademi Penerbangan Curug Indonesia,
yang didirikan sejak tahun 1952, melahirkan lulusan-lulusan di bidang
penerbangan yang cukup terampil. Keberadaan lulusan-lulusan akademi ini mampu
menutupi lubang yang ditinggalkan orang-orang Belanda pasca peristiwa eksodus
pada tahun 1958. Bukti nyatanya adalah keberhasilan fasilitas ini meng-overhaul pesawat GA jenis Convair dan
Dakota. Keberhasilan ini merupakan tanda sejarah dari embrio Garuda Maintenance Facilities (GMF) dan
membuktikan bahwa GA mampu melakukan sesuatu yang besar.
Pengembangan
dan perluasan fasilitas pemeliharaan ini terus dilakukan dan didanai sepenuhnya
oleh pemerintah Indonesia. Dalam tujuh tahun pertama sejak didirikannya GMF,
toal investasi yang dikeluarkan mencapai US$ 200 juta, dimana 63% dari nilai
tersebut digunakan untuk mengimpor peralatan-peralatan dan mesin-mesin berteknologi
tinggi. Pada tahun 1993, GMF telah berhasil menyelesaikan kebutuhan infrastruktur
yang diperlukan, seperti hanggar II (1987), hanggar III (1988), hanggar I (1991),
dan gedung manajemen (1993).
Dalam
upaya untuk meningkatkan kemampuannya, GMF berubah menjadi salah satu Strategic
Bussiness Unit (SBU) dari GA pada tahun 1996 dengan nama SBU-GMF. Pada tahun
itu juga, GMF mulai melayani operator-operator pihak ketiga. Oleh karena itu,
GMF perlu mendapatkan sertifikasi dan pengakuan di tingkat nasional maupun
internasional. Hingga tahun 2007, GMF telah mendapatkan sertifikasi dan
pengakuan dari Direktorat Jendral Perhubungan Udara (Directorate General of Air Communications atau DGCA) Indonesia, Amerika
Serikat (FAA), Eropa (EASA), Singapura (CAAS), Thailand (DCA), Nigeria (NCAA), Malaysia
(DCAM) , Bangladesh (CAA), dan beberapa negara lain. Selain itu, GMF juga telah
menerima penghargaan-penghargaan dari Personnel
Appreciation dan Ramp Incident Free
Award dari Japan Airlines (JAL), Ozon
Award dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, dan HR Excellence Award dari Majalah SWA.
Sebagai
penyedia jasa Maintenance, Reliability, dan Overhaul (MRO), GMF dilengkapi dengan
berbagai workshop termasuk Avionics, Electro Mechanical and Oxygen, Ground Support Equipment, Calibration
and Non Destructive Test (NDT). Semua workshop ini adalah komponen
penting dalam menyelenggarakan pemeliharaan untuk pesawat jenis B737, B747,
A330, A 310, A300, DC 10, MD 80, dan F 28.
Fasilitas-fasilitas
Fasilitas
GMF terletak di sebidang tanah seluas 115 hektar di dalam kompleks Bandara
Internasional Soekarno-Hatta. Hal ini menjadikan GMF salah satu fasilitas MRO
terbesar di Asia. Fasilitas ini terdiri dari struktur built-up seluas 480.000 meter persegi, termasuk tiga buah hanggar,
satu buah gudang suku cadang (spares
warehouse), gedung workshop, gedung
serba guna (utility building), gedung
ground support equipment, ruang
bahan-bahan kimia (chemical stores), engine test cell dan gedung manajemen (management building). Selain itu, GMF juga
memiliki apron yang mampu menampung
hingga 50 buah pesawat, taxiway, run-up bay, dan daerah pengolahan
limbah.
GMF
memiliki kapabilitas untuk melakukan modifikasi-modifikasi utama selagi
melakukan heavy maintenance check di
ketiga hanggar yang dimiliki. Ketiga hanggar tersebut memiliki luas kumulatif
sekitar 68.000 meter persegi. Hanggar I dirancang khusus untuk perawatan Boeing
747 dan Airbus 330 (A330) hingga D-Check dan dilengkapi dengan docking platform
untuk heavy maintenance dari Boeing
747. Hanggar I mampu menampung hingga dua pesawat Boeing 747 wide-body. Hanggar II terdiri dari
delapan aircraft bay yang
didedikasikan untuk perawatan minor “A”
dan “B” check. Setiap bay dalam
fasilitas ini, mampu menampung satu pesawat wide-body
dan satu narrow-body. Hanggar III memiliki
tiga aircraft bay yang dirancang
khusus untuk perawatan berat (heavy
atau major maintenance). Tata letak
setiap bay dalam fasilitas ini dirancang
untuk dapat menampung satu pesawat wide-body
dan satu narrow-body. Selain itu,
fasilitas ini memiliki enam roof-mounted
crane dan satu bay dibangun yang dilengkapi
secara khusus dengan docking platform
untuk memfasilitasi pekerjaan pada MD11/ DC 10 dan pesawat Airbus wide-body.
Unit Produksi
1. Base
Maintenance
Unit
ini terdiri dari dua hanggar, workshop
cabin, dan metal workshop. Fasilitas-fasilitas
ini digunakan dalam perbaikan struktur utama, modifikasi utama, pengecatan
bagian luar pesawat, refurbishment cabin,
perawatan pesawat, dan overhaul. Unit
ini dapat melakukan A-check, C-check, dan D-check, untuk tipe pesawat Fokker (F-28, M-100), Boeing
(737-2/3/4/5/6/7/8/900, 747-1/2/3/400), Airbus (A330, A310, A330), Mc Donnel
Douglas (MD 80 seri, DC 10).
Pada
tahun 2007, unit ini melakukan perawatan untuk pesawat GA dan non-GA dengan
total lebih dari 90 pesawat, 64 pesawat tipe narrow-body dan 30 pesawat tipe
wide-body. Penghasilan total dari unit ini merupakan yang terbesar di GMF,
mencapai US$ 40,83 juta atau 31% dari total pendapatan, dengan 19% profit
margin pada saat itu.
2. Component
Maintenance
Components Workshop mampu memenuhi
kebutuhan berbagai komponen untuk
bermacam jenis pesawat, seperti B737, B 747, A330, A 310, A300, DC 10, MD 80,
dan F 28. Sebagai penyedia jasa MRO, component shop dilengkapi dengan berbagai
komponen untuk melayani kebutuhan komponen pneumatik dan hidrolik, undercarriage gear dan rem, engine driven pumps, pompa bahan bakar
dan katup, air-conditioner, aktuator
mekanik pengontrol penerbangan, pompa throttles
air-driven/ air turbine motor,
aliran bahan bakar, fuel and oil pressure
pumps, dan lain-lain. Selain itu, component shop juga dilengkapi dengan
fasilitas untuk pengujian, overhaul dan perbaikan berbagai masalah kelistrikan,
elektronik, komponen electro-mechanical
dan digital avionics.
Unit
ini memberikan kontribusi hingga 13% dari pendapatan GMF, namun hal itu belum
memberikan keuntungan karena marginnya masih negatif 8% atau 8%-loss margin. Akan
tetapi, unit ini dianggap sebagai unit strategis untuk mendukung penjualan di unit
line, base, dan engine maintenance sebagai bagian dari
keseluruhan manajemen rantai pasok.
3. Engine
Maintenance
Engine Spey 555, CFM 56-3, Auxiliary Power Unit (APU) GTCP 36, APU
GTCP 85, APUTSCP 700, mesin JT8D, JT9D-7/-59, dan CF6-50/-80 adalah beberapa
tipe mesin yang mampu diperbaiki oleh unit ini. Selain mesin pesawat, GMF juga
mengembangkan kemampuan tambahan untuk memperbaiki Heavy and Light Industrial Turbine dan komponen jalur uap panasnya
(hot gas path), dan pelayanan dan
perbaikan untuk mesin aero-derivatives
ukuran kecil. Unit ini menyumbangkan 27% dari pendapatan GMF dengan marjin
keuntungan sebesar 26%.
4. Line
Maintenance
Line Maintenance mampu memberikan
pelayanan transit semalam (overnight
transit service) yang efisien untuk meminimasi ground time dan check up
hingga A-check. Unit ini bertanggung
jawab untuk menyediakan layanan line
maintenance untuk semua pesawat Garuda Indonesia dan beberapa pesawat
komersial lainnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng atau Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali dan di
lebih dari 20 kota besar di seluruh Indonesia dan negara-negara lain di luar
negeri. Dua puluh dua persen dari total pendapatan GMF dihasilkan oleh unit ini
dengan marjin keuntungan sebesar 38%.
5. Engineering
services
Unit
ini bertujuan untuk menyediakan layanan engineering
untuk membantu suatu maskapai penerbangan meningkatkan efisiensi dan
profitabilitasnya melalui suatu pejadwalan perawatan yang koheren dan sistem
pemantauan engineering yang akan
memfasilitasi alokasi dan penyebaran sumber daya mereka. Pencapaian tujuan ini
dilakukan dengan menyediakan pelayanan program pemeliharaan standar, modifikasi
dan pengendaliannya, program kontrol yang reliable,
layanan komunikasi data dari pesawat ke ground,
manajemen dan distribusi manual perawatan pesawat, dan layanan ahli (expert). Pendapatan unit ini meningkat
sebesar 64% dibanding tahun 1996 pendapatan, namun hanya merupakan 2% dari
pendapatan GMF tahun 2007.
6. Trade
and Assets Management
Unit
ini memberikan layanan, antara lain sebagai pemasok suku cadang, manajemen
komponen pesawat, pergudangan, logistic dan distribusi, trnasaksi material, dan
bonded area facilities.
0 comments:
Post a Comment