Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Saturday, June 1, 2013

Analisis Perhitungan Performansi Pesawat

Analisis Perhitungan Performansi Produksi di Bagian Base Maintenance PT. GMF AeroAsia
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang perawatan pesawat komersial, PT. GMF AeroAsia, salah satu anak perusahaan Garuda Indonesia Group, terus berusaha memperbaiki kinerja produksinya dalam rangka pencapaian visi menjadi pemain dominan di dunia dalam industri perawatan pesawat pada tahun 2018.  GMF memiliki beberapa divisi perawatan antara lain: Line maintenance, Ba se Maintenance, Component Shop, dan Engine Shop. Penyumbang utama pendapatan GMF berasal dari bagian “Base Maintenance” yang melakukan perawatan heavy maintenance check pesawat, meliputi: C check (2000-5000 jam terbang), dan D check (overhaul).
Performansi produksi bagian Base Maintenance diukur dengan tingkat produktivitas yang dicapai dalam setiap periode. Ukuran produktivitas secara sederhana diperoleh dari perbandingan output yang dihasilkan dengan input yang dibutuhkan. Hasil analisis performasi tersebut dapat digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan pesaing pada periode yang berbeda atau dengan perusahaan berbeda pada periode waktu yang sama.
Analisis performansi yang dilakukan meliputi utilisasi karyawan, pesawat, persediaan, fasilitas dan produksi. Selain itu deviasi pekerjaan dan deviasi produksi berkontribusi terhadap performansi produksi. Pada skala yang lebih besar, analisis performansi dilakukan dengan  menggunakan pendekatan SWOT (strength, weaknesses, opportunity, treats).

Profil Perusahaan

Sejarah
Garuda Indonesia Airlines (GA) adalah badan usaha milik negara yang didirikan pada tahun 1949. Pada awal pendiriannya, GA memiliki misi menjadi salah satu ujung tombak media promosi pariwisata nasional. Oleh karena itu, faktor ketepatan waktu, keandalan, dan kenyamanan menjadi sangat penting dalam upaya pencapaian misi tersebut. Untuk medukung ketercapaian factor-faktor keberhasilan tersebut, diantaranya GA mendirikan secara resmi Garuda Maintenance Facilities Support Center pada tahun 1984.
Pada dasarnya fasilitas pemeliharan pesawat ini telah ada sejak awal pendirian GA tahun 1949 dalam bentuk suatu divisi bernama divisi teknis, sebelum resmi didirikan pada tahun 1984. Ide awal pembentukan fasilitas ini adalah sebagai pendukung bisnis dalam hal pemeliharan pesawat terbang GA saat itu dan maskapai penerbangan lain di kemudian hari. Bermula dari 400 pegawai Belanda yang bekerja ketika itu, hingga kini fasilitas pemeliharan pesawat ini telah memiliki lebih dari 2500 orang pekerja yang sebagian besar adalah anak negeri.
Krisis di Indonesia, tepatnya di Irian Barat pada tahun 1958 antara pemerintah Indonesia dan Belanda menyebabkan semua orang Belanda yang bekerja di GA saat itu, harus kembali ke negara asalnya. Hal ini menyebabkan GA dan divisi teknisnya kehilangan sumber daya manusia khususnya insinyur dan mekanik yang kompeten. Akan tetapi, GA menyikapi permasalahan ini sebagai kesempatan untuk menasionalisasi GA. Masalah kekurangan sumber daya manusia ini pun sedikit demi sedikit dapat teratasi dengan keberhasilan Akademi Penerbangan Curug Indonesia, yang didirikan sejak tahun 1952, melahirkan lulusan-lulusan di bidang penerbangan yang cukup terampil. Keberadaan lulusan-lulusan akademi ini mampu menutupi lubang yang ditinggalkan orang-orang Belanda pasca peristiwa eksodus pada tahun 1958. Bukti nyatanya adalah keberhasilan fasilitas ini meng-overhaul pesawat GA jenis Convair dan Dakota. Keberhasilan ini merupakan tanda sejarah dari embrio Garuda Maintenance Facilities (GMF) dan membuktikan bahwa GA mampu melakukan sesuatu yang besar.
Pengembangan dan perluasan fasilitas pemeliharaan ini terus dilakukan dan didanai sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia. Dalam tujuh tahun pertama sejak didirikannya GMF, toal investasi yang dikeluarkan mencapai US$ 200 juta, dimana 63% dari nilai tersebut digunakan untuk mengimpor peralatan-peralatan dan mesin-mesin berteknologi tinggi. Pada tahun 1993, GMF telah berhasil menyelesaikan kebutuhan infrastruktur yang diperlukan, seperti hanggar II (1987), hanggar III (1988), hanggar I (1991), dan gedung manajemen (1993).
Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuannya, GMF berubah menjadi salah satu Strategic Bussiness Unit (SBU) dari GA pada tahun 1996 dengan nama SBU-GMF. Pada tahun itu juga, GMF mulai melayani operator-operator pihak ketiga. Oleh karena itu, GMF perlu mendapatkan sertifikasi dan pengakuan di tingkat nasional maupun internasional. Hingga tahun 2007, GMF telah mendapatkan sertifikasi dan pengakuan dari Direktorat Jendral Perhubungan Udara (Directorate General of Air Communications atau DGCA) Indonesia, Amerika Serikat (FAA), Eropa (EASA), Singapura (CAAS), Thailand (DCA), Nigeria (NCAA), Malaysia (DCAM) , Bangladesh (CAA), dan beberapa negara lain. Selain itu, GMF juga telah menerima penghargaan-penghargaan dari Personnel Appreciation dan Ramp Incident Free Award dari Japan Airlines (JAL), Ozon Award dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, dan HR Excellence Award dari Majalah SWA.
Sebagai penyedia jasa Maintenance, Reliability, dan Overhaul (MRO), GMF dilengkapi dengan berbagai workshop termasuk Avionics, Electro Mechanical and Oxygen, Ground Support Equipment, Calibration and Non Destructive Test (NDT). Semua workshop ini adalah komponen penting dalam menyelenggarakan pemeliharaan untuk pesawat jenis B737, B747, A330, A 310, A300, DC 10, MD 80, dan F 28.
Fasilitas-fasilitas
Fasilitas GMF terletak di sebidang tanah seluas 115 hektar di dalam kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hal ini menjadikan GMF salah satu fasilitas MRO terbesar di Asia. Fasilitas ini terdiri dari struktur built-up seluas 480.000 meter persegi, termasuk tiga buah hanggar, satu buah gudang suku cadang (spares warehouse), gedung workshop, gedung serba guna (utility building), gedung ground support equipment, ruang bahan-bahan kimia (chemical stores), engine test cell dan gedung manajemen (management building). Selain itu, GMF juga memiliki apron yang mampu menampung hingga 50 buah pesawat, taxiway, run-up bay, dan daerah pengolahan limbah.
GMF memiliki kapabilitas untuk melakukan modifikasi-modifikasi utama selagi melakukan heavy maintenance check di ketiga hanggar yang dimiliki. Ketiga hanggar tersebut memiliki luas kumulatif sekitar 68.000 meter persegi. Hanggar I dirancang khusus untuk perawatan Boeing 747 dan Airbus 330 (A330) hingga D-Check dan dilengkapi dengan docking platform untuk heavy maintenance dari Boeing 747. Hanggar I mampu menampung hingga dua pesawat Boeing 747 wide-body. Hanggar II terdiri dari delapan aircraft bay yang didedikasikan untuk perawatan minor “A” dan “Bcheck. Setiap bay dalam fasilitas ini, mampu menampung satu pesawat wide-body dan satu narrow-body. Hanggar III memiliki tiga aircraft bay yang dirancang khusus untuk perawatan berat (heavy atau major maintenance). Tata letak setiap bay dalam fasilitas ini dirancang untuk dapat menampung satu pesawat wide-body dan satu narrow-body. Selain itu, fasilitas ini memiliki enam roof-mounted crane dan satu bay dibangun yang dilengkapi secara khusus dengan docking platform untuk memfasilitasi pekerjaan pada MD11/ DC 10 dan pesawat Airbus wide-body.
Unit Produksi
1.      Base Maintenance
Unit ini terdiri dari dua hanggar, workshop cabin, dan metal workshop. Fasilitas-fasilitas ini digunakan dalam perbaikan struktur utama, modifikasi utama, pengecatan bagian luar pesawat, refurbishment cabin, perawatan pesawat, dan overhaul. Unit ini dapat melakukan A-check, C-check, dan D-check, untuk tipe pesawat Fokker (F-28, M-100), Boeing (737-2/3/4/5/6/7/8/900, 747-1/2/3/400), Airbus (A330, A310, A330), Mc Donnel Douglas (MD 80 seri, DC 10).
Pada tahun 2007, unit ini melakukan perawatan untuk pesawat GA dan non-GA dengan total lebih dari 90 pesawat, 64 pesawat tipe narrow-body dan 30 pesawat tipe wide-body. Penghasilan total dari unit ini merupakan yang terbesar di GMF, mencapai US$ 40,83 juta atau 31% dari total pendapatan, dengan 19% profit margin pada saat itu.
2.      Component Maintenance
Components Workshop mampu memenuhi kebutuhan berbagai  komponen untuk bermacam jenis pesawat, seperti B737, B 747, A330, A 310, A300, DC 10, MD 80, dan F 28. Sebagai penyedia jasa MRO, component shop dilengkapi dengan berbagai komponen untuk melayani kebutuhan komponen pneumatik dan hidrolik, undercarriage gear dan rem, engine driven pumps, pompa bahan bakar dan katup, air-conditioner, aktuator mekanik pengontrol penerbangan, pompa throttles air-driven/ air turbine motor, aliran bahan bakar, fuel and oil pressure pumps, dan lain-lain. Selain itu, component shop juga dilengkapi dengan fasilitas untuk pengujian, overhaul dan perbaikan berbagai masalah kelistrikan, elektronik, komponen electro-mechanical dan digital avionics.
Unit ini memberikan kontribusi hingga 13% dari pendapatan GMF, namun hal itu belum memberikan keuntungan karena marginnya masih negatif 8% atau 8%-loss margin. Akan tetapi, unit ini dianggap sebagai unit strategis untuk mendukung penjualan di unit line, base, dan engine maintenance sebagai bagian dari keseluruhan manajemen rantai pasok.
3.      Engine Maintenance
Engine Spey 555, CFM 56-3, Auxiliary Power Unit (APU) GTCP 36, APU GTCP 85, APUTSCP 700, mesin JT8D, JT9D-7/-59, dan CF6-50/-80 adalah beberapa tipe mesin yang mampu diperbaiki oleh unit ini. Selain mesin pesawat, GMF juga mengembangkan kemampuan tambahan untuk memperbaiki Heavy and Light Industrial Turbine dan komponen jalur uap panasnya (hot gas path), dan pelayanan dan perbaikan untuk mesin aero-derivatives ukuran kecil. Unit ini menyumbangkan 27% dari pendapatan GMF dengan marjin keuntungan sebesar 26%.
4.      Line Maintenance
Line Maintenance mampu memberikan pelayanan transit semalam (overnight transit service) yang efisien untuk meminimasi ground time dan check up hingga A-check. Unit ini bertanggung jawab untuk menyediakan layanan line maintenance untuk semua pesawat Garuda Indonesia dan beberapa pesawat komersial lainnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng atau  Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali dan di lebih dari 20 kota besar di seluruh Indonesia dan negara-negara lain di luar negeri. Dua puluh dua persen dari total pendapatan GMF dihasilkan oleh unit ini dengan marjin keuntungan sebesar 38%.
5.      Engineering services
Unit ini bertujuan untuk menyediakan layanan engineering untuk membantu suatu maskapai penerbangan meningkatkan efisiensi dan profitabilitasnya melalui suatu pejadwalan perawatan yang koheren dan sistem pemantauan engineering yang akan memfasilitasi alokasi dan penyebaran sumber daya mereka. Pencapaian tujuan ini dilakukan dengan menyediakan pelayanan program pemeliharaan standar, modifikasi dan pengendaliannya, program kontrol yang reliable, layanan komunikasi data dari pesawat ke ground, manajemen dan distribusi manual perawatan pesawat, dan layanan ahli (expert). Pendapatan unit ini meningkat sebesar 64% dibanding tahun 1996 pendapatan, namun hanya merupakan 2% dari pendapatan GMF tahun 2007.
6.      Trade and Assets Management

Unit ini memberikan layanan, antara lain sebagai pemasok suku cadang, manajemen komponen pesawat, pergudangan, logistic dan distribusi, trnasaksi material, dan bonded area facilities

0 comments:

Post a Comment